20: Siasat

1.8K 83 1
                                    

"Oh, jadi selama ini kamu disekolah kerjaannya cuman bolos pelajaran, pulang, gak ngerjain tugas, ngejahilin guru, bikin semua guru pusing dan bikin satu sekolah heboh?! Iya? Kenapa gak sekalian aja sekolahnya kamu ambrukin?!"

Abil sudah muak dengan tingkah putrinya yang tak bisa di toleransi ini. Jika terus seperti ini, itu artinya ia sudah gagal dalam mendidik Vinka.

Vinka menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia sebenarnya bingung harus menjawab apa, sedangkan apa yang dikatakan Abil semuanya benar.

"Kalau udah tau mah gak usah ditanyain lagi, Mih bikin pusing soalnya, Vinka aja lupa disekolah kayak gimana, soalnya Vinka terlalu aktif kalau disekolah," ujar Vinka dengan santainya.

"Kamu ini gimana sih! Iya kamu emang aktif disekolah, AKTIF BUAT BIKIN ONAR!"

Abil pun duduk disofa seraya memijit dahinya. Pusing, itulah yang ia rasakan saat mendengar pengaduan dari guru sewaktu ia dipanggil ke sekolah.

Vinka ikut duduk disebelah Abil. "Mih, jangan marah ya," pinta Vinka sambil menggenggam tangan Abil.

"Uang saku dan segala fasilitas kamu akan Mama tarik selama seminggu sebagai hukuman kamu!" tegas Abil membuat mata Vinka melotot seketika.

"APA?!"

"Kenapa? Mau protes hah?! Mama gak perduli mau kamu sampe nangis darah pun Mama gak bakal balikin semua fasilitas kamu sebelum kamu perbaiki sikap kamu!?"

Abil langsung pergi menuju kamarnya dan tak ingin mendengar permohonan dari Vinka yang nantinya akan membuatnya luluh seketika.

Argh!! Sial! Gak ada Mapa dirumah, sekarang gantian Mama yang hukum gue.

Vinka mengumpat dalam hati seraya meninju pinggiran sofa yang ia duduki dengan kesal. Ia pun memutuskan untuk pergi dan menenangkan otaknya.

Namun tiba tiba ia teringat sesuatu kalau ia sudah tak memegang kunci motor. Lalu? Ia harus pakai apa malam malam seperti ini untuk menuju cafe?

Skateboard.

Hanya itu yang ada dipikiran Vinka. Ia segera menuju ke garasi dan mengambil skateboard nya. Tanpa pikir panjang ia segera menuju Kafe terdekat di perumahannya.

Tak lama kemudian ia sudah sampai ditempat tujuannya. Ia segera masuk ke Kafe dan langsung menghampiri pelayan.

"Mba, green tea satu pake es serut, banyakin es nya," ujar Vinka pada pelayan Kafe tersebut.

Seolah mengerti, pelayan itu hanya mengangguk seraya tersenyum pada Vinka. Vinka pun mengambil duduk yang berada dipojok dekat dengan kaca.

Dari seberang ada seorang cowok yang sedari tadi memerhatikan Vinka.

"Itu Vinka bukan, ya?" gumam cowok tersebut.

Tanpa pikir panjang, cowok itu segera menghampiri tempat duduk Vinka dan ikut duduk didepan Vinka membuatnya terlonjak kaget.

"Gava? Ko lo ada disini?" tanya Vinka.

"Kenapa emang? Ini kan kafe umum," jawab Gava dengan santai.

Mata Vinka sempat menelusuri setiap penjuru kafe dan tengah mencari seseorang.

"Lo gak sama Elkha ya? Mana dia?"

"Gue gak lagi sama dia. Bukannya dia tadi bilangnya mau ke rumah lo ya?" tanya balik Gava.

Vinka menautkan kedua alisnya. Saat ia hendak mengeluarkan suara, namun diurungkannya karen pelayan yang datang dan menaruh pesanan Vinka diatas meja.

Ravinka the Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang