17: Tawuran #2

1.9K 90 0
                                    

Angin malam berhembus begitu mulus menerpa kulit Vinka yang saat ini yang tengah mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Jalan raya yang begitu sepi sama sekali tak membuat cewek itu takut.

Setelah pulang sekolah tadi hingga saat ini Vinka baru pulang dari rumah Thama. Ponsel yang terus menerus bergetar disaku celana jeans nya membuatnya berdecak kesal. Ia sudah bisa menduga kalau itu adalah Abil.

Ia sama sekali tak menghentikan motornya apalagi untuk mengangkat telepon dari orang tuanya. Ia berpikir kalau sebentar lagi ia akan sampai dirumahnya, lalu untuk apa ia mengangkatnya.

Beberapa menit menempuh perjalanan Vinka akhirnya pun sampai dirumahnya. Ia memarkirkan motornya dihalaman. Terlihat Abil dan Shanin yang tengah menunggunya diambang pintu.

Vinka menunjukkan cengiran kudanya pada mereka.

"Eh Mamih Abil," ujar Vinka seraya menyalami tangan Abil.

"Darimana lo?" tanya Shanin sarkastik.

"Kenapa kamu baru pulang, Vinka? Ini udah jam berapa?" tanya Abil mengomel.

Vinka meraih tangan Shanin dan melihat jam yang ada dipergelangan tangan Shanin. Detik berikutnya ia menggaruk tengkuk lehernya.

"Eh, udah jam sembilan ya?"

Abil menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan sikap anak gadisnya ini.

"Sekalian aja gak usah pulang kamu. Anak cewek pulang jam segini itu gak baik," omel Abil pada Vinka.

Vinka menundukkan kepalanya karena ia juga merasa bersalah.

"Udah berkali kali gue telfon juga, lo masih aja gak mau ngangkat, disini Tante Abil itu khawatir sama lo!" tambah Shanin.

"Iya maafin Vinka ya, Mah, Nin. Janji deh gak bakal ulangin lagi. Lagian kalo tadi si Thama gak ngajakin duel juga aku pasti pulang cepet," ucap Vinka sedikit memohon.

Abil menghela napasnya. "Kalau kamu bisa atur waktu kamu pasti gak bakal pulang sampai jam segini."

"Iya sekali lagi maaf ya, Mah jangan marah sama Vinka ya nanti Vinka beliin Mamah es krim kesukaan Mamah Abil deh," ujar Vinka disertai puppy eyes nya yang membuat Shanin ingin muntah.

"Kamu itu kebiasaan Vinka!"

"Please maapin Vinka ya Mamih Abil yang paling montok," ucap Vinka seraya menciumi tangan Abil.

"Iya Mama udah maafin kamu. Tapi sekali lagi kamu bikin Mama pusing, Mama gak akan segan segan balikin kamu kerahim lagi."

Abil pun langsung masuk kerumah meninggalkan Vinka yang masih diselimuti kebingungan.

"Dibalikin ke rahim? Emang bisa, Nin?" tanya Abil pada Shanin.

"Ya bisa lah, apalagi kalo lo jadi anak durhaka. Gak ada yang mustahil didunia ini, doa Ibumu dikabulkan Tuhan," ujar Shanin dan langsung menyusul Abil masuk kerumah.

"Emang gue Malin kundang si anak durhaka?  Auto nyanyi keramat gue."

Vinka pun langsung masuk kerumahnya dan segera menuju kamarnya.

Ia baru sadar akan sesuatu saat melewati sebuah kamar kecil yang beberapa hari ini ditempati oleh kehadiran Mella.

"Oh ya, si Mella ko gak kelihatan batang hidungnya? Kemana dia?" tanya Vinka pada dirinya sendiri.

"Cari siapa lo?" tanya Shanin yang tiba tiba ada dibelkangnya.

"Mella mana?"

"Dia udah tidur kali."

Ravinka the Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang