23: Clubing

1.7K 75 2
                                    

Pukul 20:30

Vinka baru saja sampai dirumahnya. Ia melangkahkan kakinya dengan terseret seret akibat kelelahan mengendarai skateboard nya. Ia membuang napasnya lelah.

"Aelah! Kapan sih motor gue dibalikin," gumamnya seraya berjalan menuju pintu rumahnya.

Langkahnya terhenti sejenak saat ia mengingat sesuatu, "Tapi, gak ada bedanya juga kalau gue bawa motor, toh juga gue kan udah biasa bawa skateboard. Gak bakalan patah kaki mungil gue."

Ia sempat berpikir sebelum melanjutkan ucapannya. Ia melirik skateboard hitam yang ia tenteng disebelah tangannya dengan tatapan tajam.

Detik berikutnya, ia membanting skateboard itu dengan cukup keras. "Ini adalah skateboard sialan dari si Elkha sialan pula. Lalu? Buat apa gue masih pake skateboard ini, mending gue buang aja."

Ia pun membuang skateboard hitam pemberian dari Elkha itu asal. Ia tak perduli kalau skateboard itu adalah pemberian dari kekasihnya.

"Kekasih apa?! Kekasih bangke!" ujarnya dengan kesal.

Ia pun membuka pintu rumah dengan cukup kasar, hingga seseorang yang hendak ikut membuka pintu pun terlonjak kaget.

"Vinka, lo ko baru pulang?" tanya gadis yang tadinya hendak membuka pintu itu, siapa lagi kalau bukan Shanin.

Vinka meneliti penampilan Shanin dari atas sampai bawah. Sangat rapi dan tidak seperti biasanya. Tapi yang menjadi pusat perhatiannya adalah, mengapa ia mengenakan pakaian yang sangat memperlihatkan dengan jelas lekuk tubuhnya?

Mau kemana nih anak, sexy bener dandanannya. Jangan jangan mau jadi cabe lagi.

"Vinka, woy!" Shanin menempuk tangannya tepat didepan wajah Vinka hingga membuat lamunannya buyar.

"Apa?" tanyanya refleks.

"Lo habis dari mana? Kenapa jam segini baru pulang, tadi Om Cakra nelfon kamu gak diangkat, Tante Abil dan gue juga hubungin lo, tapi gak lo respon," cerocos Shanin yang membuat Vinka jengah.

"Bukan urusan lo!" ketus Vinka dan langsung melenggang masuk rumah begitu saja.

Shanin sempat terdiam dengan sikap Vinka hari ini padanya. Lebih jelasnya sejak istirahat hingga pulang sekolah, dan sekarang dirumah.

"Vinka kenapa sih?" monolognya.

Tin..tin...

Suara klakson mobil itu membuyarkan pikirannya. Ia pun melambaikan tangannya sebelum ia menghampiri mobil sedan berwarna hitam itu.

Setelah Shanin masuk, mobil itu melesat meninggalkan halaman rumah Vinka.

Tanpa mereka ketahui, Vinka tengah mengintip mereka, lebih tepatnya Shanin dari balik jendela rumah. Ia juga tak sengaja menangkap sosok laki-laki yang amat ia kenali yang ada di dalam mobil. Membuatnya mengepalkan tangannya kuat.

"Gak salah lagi! Tadi emang Elkha yang gue liat. Mau kemana dia sama Shanin jam segini?" gumamnya.

"Kamu darimana aja, Vinka? Kenapa baru pulang?"

Vinka sontak menoleh pada sumber suara yang sekarang berada dibelakangnya. Abil dan Cakra tengah menatap putri semata wayangnya ini seraya melipat kedua tangannya.

"Ini pukul berapa,Vinka?! Kenapa baru pulang?" tanya Cakra menginterogasi.

"Abis dari rumah Thama" ucapnya bohong.

Gue harus susul mereka, jangan sampai gue ketinggalan jejak mereka.

"Yaudah, Vinka mau balik kerumah Thama bentar, ponsel aku ketinggalan," alibi Vinka.

Ravinka the Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang