21: Sebuah fakta

1.7K 77 2
                                    

1 minggu kemudian.....

Vinka tengah berjalan mondar mandir didepan halte dekat sekolahnya dengan ponsel yang ia tempelkan di telinganya. Ia menghela napasnya gusar.

Sudah hampir 1 jam ia menunggu di halte, tetapi seseorang yang ia tunggu, belum juga datang. Ia pun kembali untuk menghubunginya lagi.

Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk

"Anjir, udah berapa kali sih lo bilang gitu! Emang dia lagi sibuk apaan sih elah!" Vinka mengumpat sambil menunjuk nunjuk ponselnya seakan akan ia sedang memarahi si Operator.

"Arghh, lo mana sih El?! Udah daritadi juga gue nunggu belum keliatan juga batang hidung lo. Ditelen bumi apa lo," kesal Vinka.

Ia pun memutuskan untuk duduk di halte yang sepi itu. Detik berikutnya ia berpikir, apa yang barusan dikatakan oleh Operator.

"Oh ya, daritadi kan si Elkha gue telfon nomornya sedang sibuk, emang dia lagi telponan sama siapa?" gumamnya.

"Oke, gue sih gak pa-pa kalo lo selingkuhin gue, gue mah orangnya selow. Asal setelah gue tau sebenernya gue gak bakal bisa selow" sambungnya lagi.

Vinka pun bangkit dari duduknya dan saat ia hendak melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, tiba tiba sebuah motor sport berhenti tepat didepannya.

Ia memicingkan matanya mencoba untuk mengenali seseorang dari balik helm fullface itu. Barulah Vinka mengetahui orang utu, ketika helmnya terbuka.

"Nungguin siapa lo?" tanya Gava dengan nada khas ketusnya.

Vinka melipat tangannya didepan dada. "Nungguin orang ganteng lewat."

Gava menaikkan sebelah alisnya. "Jangan kayak cabe cabean dipinggir jalan lo, yang sukanya ngehadang cowok" ceplos Gava.

"Heh! Ngomong apa lo barusan?"

"Lo kayak cabe cabean!"

Vinka mengepalkan tangannya. "Enak aja lo bilang gue cabe cabean. Emang ya cowok macam lo itu, sekali mulut pedes ya tetep pedes, gak bakal berubah jadi manis."

"Emang kenyataannya kan, lo bilang tadi nungguin cowok lewat, ya berarti lo adalah cabe."

"Dih, emang kalo nungguin cowok lewat berarti cabe gitu? Orang gue nungguin Elkha juga, kan cowok gue" ucap Vinka dengan setengah kesal.

Gava baru mengerti sekarang, ia hanya menganggukkan kepalanya.

"Elkha gak bakal jemput lo." Tiba tiba Gava berucap yang membuat Vinka langsung menaikkan sebelah alisnya.

"Gak usah sotoy lo!" ketusnya.

"Gue gak sotoy, hari ini di ada latihan futsal dan gak bisa jemput lo."

Vinka terdiam sejenak. Ia berpikir, apakah yang dikatakan Gava benar? Jika benar, mengapa Elkha tak memberikan kabar padanya.

"Mau lo nungguin dia disini sampe lumutan juga dia gak bakal dateng." Gava kembali bersuara.

Vinka menatap Gava yang tengah memakai helmnya dan setelahnya menyalakan mesin motornya.

"Eh! Tunggu, Gav" sergah Vinka sambil menghadang motor Gava yang hendak lewat.

"Apa?!" tanyanya tak santai.

Vinka memberikan senyuman manisnya pada Gava. "Gue nebeng lo ya Gav, pliss, rumah gue deket ko dari sini."

"Gue gak nanya."

Jawaban Gava cukup membuat Vinka terkesan. Ia menahan emosinya yang hendak membuldak, ia kembali menahan Gava yang hendak melakukan motornya.

Ravinka the Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang