28: Kabur

1.7K 81 2
                                    

Vinka memarkirkan motor sport nya didepan rumahnya. Ia sempat merapikan rambutnya yang acak acakan sebelum akhirnya ia turun dan masuk kedalam rumah.

Ia melirik jam yang menggantung disudut ruang tamu yang menunjukkan pukul lima sore. Setelahnya ia pun langsung menuju kamarnya.

"Dimana Shanin, Vinka?"

Pertanyaan itu menginterupsi langkah Vinka. Ia menoleh ke belakang tepat dimana Abil berdiri.

"Gak tau," singkat Vinka.

Abil menarik pergelangan tangan Vinka hingga sekarang ia dapat melihat wajah Abil yang diselimuti amarah.

"Mama tanya sama kamu, dimana Shanin?" tanya Abil dengan menaikkan nada suaranya.

Vinka melepas paksa pergelangan tangannya yang dicekal Abil. "Ternyata Mamah lebih peduli sama anak orang lain dibanding anak sendiri!"

"Bukan jawaban itu yang Mama mau!" tukas Abil kesal.

"Udah aku bilang, aku gak tau!" jawab Vinka berbohong. "Aku lagi gak pengen debat untuk saat ini, Mah," sambung Vinka yang kangsung berlalu dari hadapan Abil.

"Vinka! Mama belum selesai bicara!"

Vinka tak menghiraukan ucapan Abil dan itu sontak membuat Abil kesal. Hingga Cakra datang menghampirinya.

"Ada apa?" tanyanya.

"Kamu benar, Cakra, Vinka memang anak yang susah diatur," ujar Abil seraya mendudukkan dirinya disofa.

Cakra mengusap wajahnya frustasi. "Vinka sekarang memang sudah benar benar kelewatan. Besok akan aku kirim dia ke Asrama."

Abil langsung menoleh sempurna pada Cakra. "Apa kamu bilang? Asrama?" Abil bertanya seraya bngkit dari duduknya.

Cakra mengangguk tanpa menatap manik mata istrinya. "Keputusan aku sudah bulat, mulai besok akan ku kirim Vinka ke Asrama."

"Apa itu gak akan bikin Vinka tertekan?"

Cakra tampak menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang membuatnya tertekan, Abil? Dia disana akan di didik menjadi pribadi yang lebih baik. Apa kamu mau sikapnya seperti ini terus?"

Abil menggeleng. Baru saja ia hendak mengeluarkan suara, terdengar decitan pintu, keduanya menoleh serempak dan mereka sama sama memebelalakan matanya saat mengetahui keadaan Shanin yang baru saja datang itu.

Maka, mereka pun langsung menghampiri Shanin dan Abil mulai bertanya dengan panik. "Kamu kenapa, Nak? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu basah kuyup seperti ini?" Abil hiperbola.

Shanin diam seribu bahasa, Cakra lantas memegang kedua bahu Sahnin. "Cerita sama kami sayang, ada apa?"

Shanin menggeleng pelan. "Aku akan pulang ke rumah hari ini, Om, Tante."

Ucapan Shanin barusan membuat kedua alis mereka menaut. Abil dan Cakra saling melempar tatapan penuh kebingungan. Menebak nebak apa yang sebenarnya terjadi pada putri dari sahabat mereka ini.

Baru satu langkah Shanin melangkahkan kakinya, genggaman dipergelangan tangannya membuatnya berhenti ditempat dan mau tak mau ia pun menoleh ke belakang dengan tatapan sendunya.

Perlahan, Cakra melepaskan cekalannya. "Kedua orang tuamu belum pulang dari luar Negeri, kenapa kamu ingin pulang? Apa yang terjadi denganmu?"

Shanin tersenyum hangat pada mereka dan menggeleng pelan. "Gak pa-pa ko, Shanin cuman pengen pulang aja, rindu sama rumah," alibinya.

Shanin melangkahkan kakinya dan menuju kamarnya. Abil dan Cakra pun tak tinggal diam. Melihat kondisi Shanin yang jauh dari kata baik baik saja itu sudah menandakan jika gadis itu sedang dilanda masalah.

Ravinka the Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang