01 :Patah

5.7K 201 3
                                    

Vinka sudah siap dengan seragam jurusan dengan atasan biru yang ia keluarkan dan rok berwarna hitam. Rambut panjang yang ia cepol asal, sepatu berwarna hitam dengan paduan putih dibagian bawahnya dan kaos kaki berwarna putih pendek.

Setelah sarapan ia segera menyambar tas sekolahnya. "Mah, permen karet aku mana?" tanya Vinka sambil mengulurkan telapak tangannya kearah Abil yang tengah menyantap sarapannya.

Cakra menimpali. "Ck, makan permen karet wae kamu," ujar Cakra.

Vinka memutar bola matanya malas. "Papih Cakra yang gantengnya ngalahin Manu Rios, katanya. Makan permen karet kan udah jadi kebiasaan dedek Vinka setiap hari," kata Vinka disertai senyum manisnya.

"Lama lama kayak karet juga tuh perut," ucap Cakra dan dibalas Vinka dengan memeletkan lidahnya kearah Cakra.

"Udah gak usah ribut, tuh Mama taruh diatas kulkas kemarin," ujar Abil pada Vinka. Dengan cepat Vinka segera mengambil permen karetnya.

Satu ia masukkan kedalam mulutnya dan yang lain ia kantongi. "Mah, Pah Vinka mau berangkat mencari ilmu sampai ke negeri cina dulu ya," ucap Vinka sambil mencium tangan Abil dan Cakra.

Ia berjongkok didepan Abil dan mengelus perut buncit Abil. Yap Abil tengah mengandung anak keduanya dengan Cakra setelah Vinka. Usianya sekitar tujuh bulan.

"Dedek emes yang baik ya diperut Mamih, jangan nendangin perutnya Mamih terus kasian nanti Mamih Abil," ujar Vinka sambil mengelus perut Abil. Dan Abil hanya tersenyum sembari mengacak rambut Vinka pelan.

"Kakak mau sekolah dulu, baik baik ya dalem perut, dadah!" ujar Vinka seakan yang didalam perut itu mengerti apa yang diucapkannya. Vinka pun segera berangkat ke sekolahnya dan sebelum itu ia mencium perut buncit Abil.

"Assalamu'alaikum!" pamit Vinka.

"Wa'alaikumsalam!" jawab Cakra dan Abil bersamaan.

"Say, dulu kamu ngidam apa sih sampe keluar anak sableng kek Vinka?" ujar Cakra. Abil mengedikkan bahunya.

"Tau, gak pa-pa asal jangan bikin onar mulu disekolah," ucap Abil sembari merapikan dasi Cakra.

Setelah sampai diluar, Vinka sudah siap dengan skateboard nya yang akan membawanya kesekolah Galaksi. Jarak dari rumah kesekolahnya memang tak terlalu jauh, untuk itu ia selalu berangkat dengan menggunakan skateboard dibanding memakai kendaraan motor maupun mobil, baginya itu terlalu mewah dan ia tak terlalu suka kemewahan. Itulah Vinka, apa adanya dan sederhana.

"Dan tidak sombong," gumam Vinka dengan senyumnya yang mengembang.

Vinka mulai menaiki skateboard nya dan mulai menjalankannya melewati jalan yang tidak terlalu ramai. Saat ia sedang asyik mengendarai skateboard nya sambil sesekali beratraksi karena jalanan yang sepi dan tidak terlalu ramai, tiba tiba ponselnya berdering.

Ia merogoh saku roknya dan mengambil ponselnya, sesekali ia mengunyah permen karet yang ada di mulutnya dan memainkannya.

Saat ia melirik kearah ponselnya, ternyata Thama yang menelfonnya. Vinka pun segera mengangkatnya.

"Paan?" tanya Vinka langsung.

"Vin nanti ada tawuran, ikut kuy!" ujar Thama dari seberang sana.

"Seriusan lo?" tanya Vinka tampak bersemangat.

"Iya beneran!"

"Ya mesti ikut lah, udah jadi kewajiban sebagai siswi teladan itu mah," ucap Vinka.

"Sip dah, entar gue ajakin anak anak lainnya," ucap Thama.

"Siap." Setelah itu sambungan telepon pun dimatikan secara sepihak oleh Vinka. Dan ia pun memulai atraksi skateboard nya.

Ravinka the Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang