27: Apologies

1.7K 80 1
                                    

Didepan sebuah gundukan tanah, Vinka tengah berjongkok seraya memegang batu nisan yang berhias nama seseorang yang baru saja meninggalkan dunianya kemarin.

Alden Feroga Pamungkas

Vinka mengelus nisan tersebut hingga akhirnya mencengkeramnya kuat seolah menyalurkan emosimya pada nisan tersebut.

"Andai lo gak pergi secepat ini, Den. Mungkin gue masih ada penolong kali ini," lirihnya tanpa melepaskan tangannya dari nisan tersebut.

"Gue nyesal, kenapa waktu gue ada but lo kalau pada akhirnya bakalan kayak gini," Vinka menarik napasnya kemudian ia hembuskan perlahan. "Tapi ada rasa iba dari dalam diri gue pas gue liat lo dikroyok."

Tangan Vinka meraih sebuket bunga yang sedari tadi ada dipangkuannya. Ia menaruh buket bunga tulip diatas gundukan tanah basah yang berhias taburan bungan mawar tersebut.

Lalu tangannya pun kembali mengelus nisan putih itu. "Sekarang gue ngerasa hidup gue hancur. Ada seseorang yang emang sengaja ngejebak gue, sampe pada akhirnya gue yang disalahkan mengenai kepergian lo."

Tak terasa sebuah cairan hangat lolos begitu saja dari pelupuk mata Vinka. Ia bukanlah gadis cengeng. Anggaplah air mata yang jatuh itu tanpa unsur kesengajaan dari Vinka.

Ia mengusap kasar air matanya. "Haha! Baru kali ini gue nangis. Mana nangisnya depan lo lagi. Jangan ejek gue ya." Vinka tertawa renyah.

Ia mengadahkan kepalanya keatas untuk membendung air matanya yang hampir jatuh. "Den, sekarang gue pasrah sama alur Tuhan. Gue gak perduli, mau semua orang benci gue, gue gak perduli. Semua orang gak ada yang percaya sama gue, bahkan orang tua gue."

"Dan yang terakhir, gue minta maaf sama lo kalau gue gak bisa tuntas bantuin lo sampai lo sekarang udah ada di liang lahat, maafin gue, Den," kata Vinka seraya menggenggam nisan berwarna putih tersebut.

Vinka bangkit dari posisi berjongkoknya. Perlahan kakinya mengayun dan membawanya keluar dari gerbang pemakaman tersebut. Ia melirik kebelakang tepatnya pada sebuah makam baru yang baru saja ia kunjungi beberapa detik lalu.

Ia menghembuskan napasnya pelan, hingga akhirnya ia pun pergi dari tempat pemakaman tersebut.

Namun belum sempat ia menyalakan mesin motornya dan hendak berlalu dari tempat tersebut, ia teringat ada sesuatu yang belum ia selesaikan. Maka, ia pun pergi ke tempat tujuan awalnya.

***

Tok... Tok... Tok...

Sebuah pintu berwarna coklat diketuk beberapa kali, berharap seseorang yang berada didalam rumah segera membukakan pintu tersebut.

Tak lama kemudian pintu coklat itu pun terbuka dan menampilkan sosok wanita dengan wajah yang hampir mirip dengan Vinka.

"Eh, kalian ternyata, Tante kira Vinka. Yasudah, masuklah," ujar Abil kembut pada kedua teman Vinka dan memmpersilahkan mereka untuk masuk.

"Silakan duduk, Tante buatin minum bentar." Abil pun berlalu menuju dapur untuk membuat suguhan untuk mereka.

Jovan mengerlingkan pandangannya ke penjuru rumah Vinka. Tampak sepi, tak ada tanda tanda Vinka dirumah. Ia menebak nebak kemana Vinka pergi.

Aktivitas Jovan terhenti saat kedatangan Abil yang membawa nampan berisi minuman juga ada makanan ringan disana yang ia letakkan dimeja.

"Gak usah repot-repot, Tan," kata Kahfi merasa tidak enak dengan Abil.

Abil tersenyum menanggapi perkataan Kahfi. "Sudahlah, biasanya juga kalau kesini kan emang Tante buatin minum. Gak usah canggung, kayak sama siapa aja."

Ravinka the Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang