E M P A T

358 35 6
                                    

06.25

"Dek, bangun loh ..."
"Ada kawan kamu tuh dibawah." Revan mengusap lembut pucuk kepala adiknya, ini sudah kali ketiga Revan membangunkanya.

"Lima menit lagi kak."

"Udah siang ini, nggak kasian sama kawan kamu yang udah nunggu dari tadi?"

"Suruh duluan aja kak."ucapnya menarik lagi selimutnya hingga kepala.

"Beneran? Yaudah kalo gitu,"

"Siapa sih emang?" sambungnya.

"Bernad, Nanad ... siapa sih? Lupa namanya, "

"Reynad?"

"Nah iyaa, Reynad!"

"KENAPA KAKAK GAK BILANG DARI TADIIIII!!" Lia melonjak kaget ketika tersadar siapa sipemilik nama Reynad itu. Ia bangkit dari kasurnya dan langsung menyambar handuk, berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap.

"Dari tadi kakak bangunin kamunya nggak bangun-bangun."
Revan hanya senyum mengeleng-geleng melihat tingkah adiknya.

"Yaudah cepetan, kakak tunggu dibawah," ucap Revan melangkah menuruni tangga.

Disisi lain Reynad masih setia menunggu Lia diruang tamu. Memandang sudut sisi ruang tamu yang menarik perhatiannya.

Matanya tertuju pada sudut yang terpajang dua bingkai foto. Yang satu past foto yang menampilkan seperti foto keluarga, berisikan seorang laki-laki gagah menggandeng anak laki-laki yang memegang robot-robotan dan seorang wanita paruhbaya cantik yang duduk memangku bayi perempuan lucu berbando pink.

Dan satu lagi past foto yang menampilkan seorang anak perempuan sekitar usia yujuh tahun bergigi ompong sedang tersenyum lebar sembari memegang icecream sudah meleleh ditangannya.

Reynad tersenyum sangat tipis, bahkan mungkin saja senyum itu tak akan terlihat jika tidak dari jarak dekat.

Reynad meraih past foto anak perempuan itu Lalu mengusap nya lembut.

"Manis," gumannya.

Ia merogoh ponsel disaku celananya dan membuka aplikasi kamera.
Lalu memotret bingkai foto tersebut, Setelah merasa mendapatkannya dia menaruh kembali ponselnya disaku celananya.

"Sebentar yaa Nad, Lia lagi siap-siap," ujar Revan sembari menghampirinya.

Revan kaget,secara spontan dia taruh kembali bingkai foto itu dan duduk disofa bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.

"I.. iyaa kak," jawabnya gelagapan.

Tak menunggu waktu lama Lia sudah turun dari kamarnya,sudah rapih dengan seragam sekolahnya dengan membawa tas disalah satu pundaknya.

"Sorry nunggu lama," ucap Lia kepada Reynad.
Tetapi yang didapati adalah reynad sedang menatapnya tanpa berkedip.

Cantik, batin Reynad.

"Udah selesai dek? Yaudah gih berangkat nanti terlambat." ucap Revan tiba-tiba muncul entah darimana, mampu menyadarkan Reynad dari lamunanya.

"Yaudah." ucap Reynad
"Kak gua berangkat ya." sambungnya sembari menyalimi Revan.

"Lia juga kak." ikut menyalimin kakaknya.

"Yaudah hati-hati dijalan yaa jagain adek gua ya nad! jangan ngebut-ngebut." Revan yang berusaha memperingati Reynad. Revan sangat mudah dekat dengan orang baru, buktinya Reynad cepat akrab dengan Revan.

"Oke."Reynad hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

Reynad membuka pintu mobil merah ber plat 456 RYND untuk mempersilakan Lia masuk, Lalu Berlari kecil kearah pintu pengemudi.

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang