EMPAT PULUH

45 9 14
                                    

Hari ini, kita mengunjungi kembali tempat yang berhasil mengingatkan kita tentang kita.

Kurasa tidak yang ada berubah, semuanya tampak sama. Dari suasana, kursi yang kita duduki bahkan perasaan ini. Masih persis seperti terakhir kali kamu memintaku tetap disini, lalu esoknya kamu yang melangkah pergi.

Sama pada saat itu pula, aku masih ingat betul garis senyummu, warna suaramu, jaket yang sering kau kenakan, juga aroma parfummu yang menenangkan.

Dari bagaimana kamu menatapku, bagaimana kamu menggengam erat tanganku dan bagaimana kamu rengkuh tubuhku seakan tak ingin kamu lepaskan. Aku masih ingat, masih terekam jelas dan masih terasa nyata.
-Aurelia.


"Kita kesini lagi," Guman gadis itu pelan. Begitu jelas walau hanya seperti terdengar sebuah hembusan nafas samar.

Matanya menatap lurus hamparan bunga matahari yang berjejer rapih nan indah. Menikmati sejuknya angin yang meniup kencang, mengajak dedaunan turut ikut bergoyang.

"Iya, kesini lagi." Sahut laki-laki berhoodie abu-abu dengan mata yang tak lepas menatap wajah cantik itu. Cukup lama, sampai pada akhirnya ia sadar lalu mengalihkan pandanganya.

"Masih sama,ya?" Gumannya lagi.

Bahkan perasaan ini pun masih sama, Lia-Reynad.

Gadis itu mengangguk setuju, setelah matanya berkeliling dan jatuh pada kursi kayu yang ia duduki, yang kini warnanya sudah sedikit memudar.

"Sebenernya bukan masih sama sih, tapi karna memang enggak ada yang berubah," Ujarnya lagi.

Benar, tidak ada berubah.

Hening. Keduanya kembali diam.

Bingung menanggapi, Reynad terlalu bingung sekarang. Mengapa rasanya kembali tidak siap? Apakah ini waktu yang tepat? Bagaimana jika akhirnya ia kembali menyakiti? Entahlah, Laki-laki itu sedang bergelut dengan berbagai pertanyaan dikepalanya.

Niat awalnya untuk memberi ruang Lia mengutarakan semua tentangnya. Tapi kenapa saat ini ia terlalu takut? Terlalu takut untuk mendengar pernyataan yang akan Lia ucapkan nantinya?

Dan, kembali mengunjungi tempat ini, apakah sesuatu pilihan yang bagus?

Reynad tidak tahu harus bagaimana. Disisi lain ia ingin mengingat kenangan indah yang ia miliki dengan Lia, dilain sisi ia juga takut mengingatkan kembali kenangan buruk yang ia buat setelahnya.

Nggakpapa, Nad. Lo bisa!
Semangat untuk dirinya sendiri. Reynad menarik nafas panjang, lalu akhirnya menghembuskanya perlahan.

"Lia?"

Sang pemilik nama menoleh.

"Hem?"

Gadis itu terlihat tenang dengan senyum tipis yang masih setia diwajahnya. Sangat berbanding terbalik dengan Reyand yang mati-matian menahan gugup setengah hidup.

"Gimana perasaan lo?"

To the point! Nggak ada basa-basinya?

Lia memincingkan alisnya, "Perasaan gua?" Reynad mengangguk.

"Biasa aja."

Singkat, tapi mampu memohok hatinya. Mampus, Kan gua bilang apa! Gerutunya mengutuk dirinya sendiri

"Itu jawaban bohong." Timpal gadis itu lagi.

Alhamdulilah, bohong.

"Jujurnya?" Reynad tidak menyerah.

Gadis itu memutar tubuhnya. Sekarang mereka saling berhadapan, Saling menatap, siap mengutarakan.

"Menurut lo?"

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang