S A T U

1.7K 66 22
                                    

"Awal dari segalannya."

-Aurelia.

Lia duduk di atas balkon rumahnya.
mendengarkan lagu hanya untuk menenangkan pikiran.

Sejuk dan tenang.
itu yang Lia rasakan setiap kali melihat bulan.Lia sangat menyukai bulan. Karna menurut Lia bulan yang membuat langit sangat begitu indah, cahaya redupnya yang membuat hatinya begitu tenang.

***

06.15

SMA Nusa Bangsa.
Sengaja Lia berangkat pagi-pagi sekali hanya untuk duduk ditaman belakang sekolah. Memandang bunga matahari yang ada disana. Yap,disini hanya ada bunga matahari lebih tepatnya khusus untuk bunga matahari.

Tempat yang bagus menurut Lia. Tetapi sayang, banyak yang tidak tahu taman belakang sekolah ini. Karna tempatnya yang terpojok dan terlihat seram.

Mungkin karna ditaman ini terdapat pohon beringin yang menjulang tinggi, besar dan sangat rimbun. Tetapi, itu rasanya tidak akan membuat Lia takut. Taman ini tidak jelek bahkan terbilang bagus.

Sekolah yang Lia tempati ini identik dengan warna kuning, rumor beredar katanya kepala sekolah sangat menyukai warna kuning. Sebab itu dinding dan fasilitas disekolah ini berwarna kuning.

Ah,Lia suka disini.
Dimana tempat ia bisa meluapkan semuanya, tentang bagaimana lelahnya menjalani hidup ini.

Lia tidak ingin menyalahkan kodrat,
Gadis itu tahu kalau ini sudah takdir. Tapi mengapa sampai sekarang sulit sekali bagi Lia untuk menerima takdir. Takdir Lia yang harus kehilangan orang orang yang ia sayangi.

Faisal dan Ranti,  ayah dan bunda Lia.
meninggalkan Lia ketika gadis itu masih sekitar berusia 10 tahun. Kecelakaan yang hebat membuat harus merenggut nyawa dari keduanya.

Mengapa takdir tidak pernah berpihak kepadanya?  Lia benci semuanya! Mengapa semuanya pergi disaat ia membutuhkan kasih sayang? Apakah Lia tidak pantas bahagia? Apakah Lia tidak bisa mendapatkan kasih sayang lagi? Keluarga yang harmonis? Dan keluarga ceria seperti dulu lagi? Kalau memang tidak bisa mengapa? Alasannya apa!

Cairan bening itu tumpah lagi.

"Ayah Bunda, Lia kangen," isakan tangis itu terdengar, bahkan air mata itu mengalir dengan deras.

Untung saja masih ada Revan-kakak kandungnya yang sangat menyayanginya, yang selalu memberi semangat Lia untuk tetap sabar menjalanin kehidupan yang masih panjang ini.
Revan, salah satu alasan Lia untuk tetap berjuang, karna Lia tau yang terpuruk bukan hanya dirinya. Yang kehilangan, yang membutuhkan kasih sayang bukan hanya Lia tetapi Revan juga.

Menjalankan perusahaan keluarga, bekerja banting tulang dan harus menjadi pengganti ayahnya dan sekaligus kakak untuk Lia. Terkadang gadis itu sangat sedih melihat Revan. Berangkat pagi pulang selalu larut malam, hanya untuk memenuhi kebutuhan Lia dan sekolah Lia. Menjadi beban?

Lia melirik sekilas arlogi hitam yang melingkar ditanganya.

07.00

"Cepet banget sih," pekiknya.

Menarik nafas,dan menghembuskan berlahan.
"Oke! Kita mulai lagi."

***

"Dari mana aja lu? Tasnya ada orangnya kagak ada," tanya Kinan yang sendari tadi sudah bersama Reva disampingnya.

"Taman lagi?" Reva membuka suara.

Lia mengangguk sebagai jawabannya.

"Sering banget kesana kayanya?"

"Bagus geh," ucap Lia santai.

Reva melirik kinan, menarik turunkan alisnya dengan menunjukan senyum yang sulit diartikan. "Agaknya kita harus ikut Lia ketaman yang dimaksud itu deh Kin, keknya asik,"

Kinan mengangguk kecil. "Boleh,"
"Pengen tau gua sebagus apa sih sampe Lia betah bener disana," sambungnya.

"Okee, balik sekolah nanti kita ketaman." Seru Reva semangat.

"Eh ehh tapi tempatnya serem nggak? kan kata lo ada pohon beringin yang gedenya nauzubilah," sambung gadis berpipi cubby sedikit menggidik ngeri.

"Emang tempat yang ada pohon beringin nya harus identik dengan serem ya?" Tanya Kinan heran.

"Ya nggak juga sihh. Tapi kan serem juga kali entar ada mak kunti. Kalo gua diculik gimana? secara gua se-imut ini!" Ucap Reva dengan pedenya.

"Yaelahh kulit kacang! Mana mau mak kunti nyulik lu yang ngabis-ngabisin! Badoknya banyak! Nyusahin." Damprat Kinan membabi buta, sumpah ya mulut Kinan pedesnya bukan maen.

"WAHAHAHAHAAA!!!" Tawa Lia pecah bersamaan dengan siswa siswi yang ada dikelas.

Reva mendengus kesal. "Positif! Sarapan cabe setan anak ini tadi."

"Lagian yaa Rev, lu tuh kebanyakan nonton horor unfaedah! Jadi apa-apa di bawa mistis," Lia buka suara, mengomentari tentang kebiasaan Reva yang suka nonton film horor tetapi ujung-ujungnya parno sendiri.

"Nonton film horor itu seru, MENANTANG!!!."

"Menantang gigi lu, awas aja lu kebelet minta anterin gua!" Ancam Kinan nggak nanggung-anggung.

"Yaaa gak bisa gitu lahh!"

"Kan katanya menantang, masa ke wc doang kagak berani," seru Jepri- laki-laki penghuni barisan pojok terbelakang tempat duduk. Kadang suka nyambung aja gitu orangnya kaya listrik.

"Yaa nggak gitu! Kan ngajak temen biar ada kawan ngobrol," ngeles terus kek bajay

"A L A S A N."

Lia hanya menggeleng geleng melihat kelakuan dua sahabatnya ini. Mimpi apa dia bisa berteman dengan dua makhluk ini. Tapi terkadang  Lia bersyukur mempunyai mereka, jika tidak ada Reva dengan Kinan mungkin hidupnya akan datar,tidak ada tertawa lepas, senyum bahagia atau pun sejenisnya. Happy virus banget mereka itu.

***

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan hikmat. Kini bel pulang sudah berbunyi, Bel yang ditunggu-tunggu setiap murid.

"Oke baik anak-anak pelajarain ini saya akhiri, sekian dan terimakasih."
"Selamat sore." Penutup Bu Leni guru seni budaya yang mengajar dikelas XII ips4.

"SORE, BUUU!!"  seru seluruh murid serempak.

Murid-murid satu persatu meninggalakan kelas untuk pulang. Kini hanya tinggal Kinan, Lia dan Reva ditempat.

"Gilaa yaa! Ibu itu kalo ngasih rangkuman gak mikir, tangan gua gempor ngerjainya."
"PARAHH PARAH!"

"Eelahh ngeluh terus lo ini Rev! Syukurii masih ada anak diluar sana yang pengen sekolah tapi gak kesampean," nasihat Kinan mampu membuat Reva kicep.

"Tuhh, Rev!" Timpal Lia. Nah lo Rev! HAHAHA!

"Tapii aslii sih ini mah, pegel tangan gua juga," Kinan tiba-tiba.

"Somplakk!!" Semprot Reva dan Lia bebarengan.

Yang disemprot senyum-senyum tanpa dosa.

"Gimana? Ini ngomong-ngomong jadi ketaman gak? Ayokk ntar keburu kesorean,"

"Ohh iya lupa." ucap Lia.
"Yaudahhlah kuy berangakat!" Seru Reva.

Reva, Lia dan Kinan kini beranjak pergi.

***

Maaf, basi banget ya?? Ini cerita pertamaku diwattpad hihihi jadi harap dimaklumi jika ada kesalahan dalam penulisan atau alur.
terimakasih.

-Author

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang