Tujuh belas

210 14 0
                                    

***

Lia berjalan lesu menuju kerumahnya. Entah mengapa ucapan Adnan memenuhi otaknya. Lia tak ingin percaya begitu saja kepada Adnan yang pada dasarnya Lia tau dia suka berbohong. Lia yakin, Reynad tak seberngsek yang Adnan katakan. Adnan pasti salah, Adnan pasti tidak benar.

Jikalau pun ucapannya sebenarnya itu nyata, sungguh untuk alasan apapun, Lia tidak ingin mendengarkan pernyataan Adnan lagi. Karna mungkin itu akan membuat Lia sakit hati, Lia akan kecewa. Lia tak ingin itu menjadi kenyataan.

Tapi mengapa ucapanya itu membuat Lia gelisah?

Lia berjalan ditrotoar, menatap kearah jalan yang di lewati kendaraan yang berlalu lalang. Tanpa sadar Matanya jatuh pada mobil merah yang berhenti di depan cafe yang tak jauh dari Lia berdiri. Mobil merah itu tak asing untuk Lia, gadis itu menyipitkan matanya menerawang arah menatap plat mobilnya.
456 RYND

"Reynad!" Pekik gadis itu sumringah,lalu memutuskan berlari menuju mobil merah itu, yaa tuhan sosok yang ia rindukan akhirnya kembali.

Lia berlari menghampiri mobil Reynad, ingin menanyakan si pemilik mata elang itu mengapa ia tiba tiba menghilang? Lia ingin mengucapkan Rindu sesuai dengan janjinya. Sungguh Lia sangat senang akhirnya bisa bertemu Sosok laki laki sang pemilik mata elang itu lagi, Yang Lia pikir pertemuannya di kebun bunga matahari adalah pertemuan yang terakhir.

"REYY..." teriak Lia seketika berhenti seiring dengan langkahnya.

Dan benar saja sang pemilik mobil pun keluar,disusul wanita cantik dengan rambut panjang selengan dan memakai dress merah selutut yang melekat cantik ditubuhnya.

"Yuk sayang."
Sang wanita itu menarik lengan Reynad, mengandengnya mesra memasuki cafe. Dan sangat terlihat jelas sekali Reynad menyambut dengan senang hati uluran tangan wanita itu.

"Nad." Guman Lia pelan bebarengan dengan cairan bening yang lolos keluar dari matanya.

Bagaikan tersambar petir,
Langkahnya berhenti, niat untuk menghampirinya, niat untuk mengucap Rindu, Hilang! Seketika semua niat itu hilang seperti terbawa hembusan angin, tergantikan dengan rasa kecewa.

Lia masih berdiri mematung menatap miris sosok yang akhir akhir ini memenuhi pikirannya.
Air matanya kembali jatuh tetapi bedannya air mata kali ini mengalir dengan deras. Ternyata benar apa yang Adnan katakan! Reynad itu laki laki brengsek yang suka mempermainkan perasaan perempuan?

Jadi selama ini lo menghilang karna
emang lo cuma mainin perasaan gua doang nad? - Lia

Senyum miris tercetak jelas diwajah Lia ketika menatap sosok itu menjauh. Laki laki yang dua minggu ini memenuhi pikirannya, laki laki yang dua minggu ini menghilang ditelan bumi, laki laki yang pernah memintanya untuk tetap ada untuknya dan sekarang?

Sadar Liaa!! Lo itu bukan siapa siapa!Lo itu cuma orang asing dan gakakan lebih! - Lia.

Gadis itu berlari pulang dengan airmata yang terus mengalir deras. Hancur, satu kalimat yang menjelaskan tentang keadaan hatinya.

Dugaanya selama ini benar? Jika hanya untuk datang lalu pergi tiba tiba jadi untuk apa laki laki itu hadir dikehidupan Lia? Untuk apa laki laki itu memintanya untuk tetap bersamanya? Untuk apa laki laki itu membuatnya nyaman? Untuk apa laki laki itu memperlakukanya seakan akan Lia sangat istimewa dihidupnya?Untuk apa!

Lia terus berlari, dengan tangis yang sesengukkan. Terserah, dengan tatapan orang orang yang melihatnya heran, Lia tidak peduli itu.

***

TOKKK TOKKK TOKKKK..

"DEKK?..."
"BUKA DONG PINTUNYAA."

TOKK TOKKK TOKK...

"Lia capek kak mau tidur."

"Kamu belum makan dek."

"Lia gak laper."

"Yaudah terserah kamu, kalo laper bilang kakak yaa."

Tidak ada jawaban dari dalam kamar Lia.
Semenjak kejadian tadi siang, Lia mengurung diri dikamar.
Bukan mengurung diri, hanya saja ingin menenangkan pikirannya yang sedang kacau.

20.15

Lia duduk dibalkon kamarnya, menatap kosong kearah langit yang dihiasi bintang berhamburan. Entahlah sudah berapa lama ia menangis tetapi yang jelas kini matanya bengkak parah.
Cukup, hari ini cukup melelahkan untuk Lia. Pikirannya sudah cukup lelah, tubuhnya sudah cukup lelah, apalagi hatinya sudah sangat lelah.
Mungkin mencintai seseorang memang berresiko.apakah kamu ingin terluka atau membuatnya terluka?
Atau membiarkan kalian sama sama terluka?

Memang, mungkin seharusnya Lia tidak jatuh cinta pada Reynad, seharusnya Lia tidak membiarkan hatinya tengelam dalam janji janji manisnya.
Dan seharusnya hatinya tetap seperti dulu, dingin dan tidak peduli akan apa itu yang namanya cinta.

Ahh, udahlahh . Guman Lia menghela nafas kasar.

LINE!

Adnanprsty_
gakusah di pikirin.
Buat capek hati doang:)
Smngt Aurelia:)

Ckk,
Lia memutar bola matanya malas ketika melihat isi room chat yang baru saja masuk, tak berniat sama sekali membalas Chatting dari sang mantan itu.
Jujur, Lia binggung dengan jalan pikiran Adnan. Dia yang pergi meninggalakan dan sekarang tanpa ada rasa bersalah dia masuk lagi dikehidupan Lia?
(Ga punya malu bgt yaa:v)

Lia menaruh kembali ponselnya di nakas.
Lalu meraih gitarnya di pojok kamar. Entahlah, ketika hatinya sedang kacau, Lia suka melampiaskan dengan memainkan alat musik. Karna Lia merasa mendengar musik ketika kacau, membuat hatinya sedikit tenang.

Gadis itu memetik senarnya satu demi satu hingga menghasilkan alunan musik yang merdu.
Memejamkan matanya, seakan sudah larut dalam kenikmatan alunan musik dari senar gitar yang ia petik.

Untukmu, hati.
Obati lukamu,
Sembuhkan apa yang membuatmu sakit,
Jangan biarkan dirimu dilukai lagi.
Berhenti mengharapkan apa yang tak seharusnya kau harapkan.

Untukmu,hati.
Tolong jangan bertentangan dengan logika,sebab jika kau yang menang maka semua akan terlihat bodoh.

Logika mengerti,luka yang tertancap didalam sana belum juga kering.
Logika juga tahu, luka yang tertancap didalam sana takakan mudah untuk sembuh.
Jadi tolong jangan biarkan dirimu terlukai lagi!
Karna logika tak ingin kau hancur lagi.

-Aurelia.

***

Voteee!
Sarannnn
Sarannnn
Sarannnnn
:')

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang