TIGA PULUH DUA

217 13 2
                                    

"Makasih ya Nan buat malem ini." ujar Lia tersenyum manis, bahkan sangat manis. senyum yang menyimpan banyak sekali beban berat didalamnya. Adnan tahu itu senyuman yang tiap kali ia tunjukan untuk menutupi segala kecewanya. Laki laki itu mengerti, berusaha tersenyum saat hati hancur tidak mudah.

Dari sini gua ngerti ia, Ternyata memang gada ruang lagi buat gua dihati lo - Adnan

"Iya sama sama." Senyum Adnan mengiyakan.

"Mampir?"

Adnan melirik jam tangannya, sudah menunjukan pukul 21.15 .
"Gak usah deh gua langsung balik aja lo istirahat gih, capek kan?" ujar Adnan disahut anggukan dari Lia.

"Iyaudah, hati hati." ucapnya singkat lalu melangkah masuk.

Adnan menatap perih punggung Lia yang kini sudah menjauh. "Ternyata sesakit ini." Gumannya.

Malam ini Adnan sudah sangat sangat yakin, dari bagaimana Lia melihat Reynad Seperti pancaran rasa cinta yang dikecewakan. Ia sangat yakin tidak ada lagi ruang dihati gadis itu untuknya, tidak ada sedikitpun rasa gadis itu yang tersisah untuknya dan intinya tidak ada lagi secerca harapan untuknya. Hatinya seakan teriris perih Seperti tersayat-sayat, sungguh ini sangat menyakitkan.

Adnan menginget kembali, dimana ia mencampakan gadisnya dulu dengan sahabatnya sendiri, dimana tanpa punya hati ia meminta sahabatnya menjadi kekasihnya tepat dihari yang seharusnya membahagiakan untuk Lia bahkan untuknya. Egonya terlalu besar, karna rasa bosan sesaatnya itulah yang membuat Semuanya hancur, hilang dan lenyap. Adnan yakin, itu lebih menyakitkan dibandingkan sakit yang ia rasakan sekarang.

Laki laki brengsek kaya gua mana pantes dapet hati baik kaya lo. - Adnan

***

Lia berlari menaik tangga menuju kamarnya, melempar tas seling bagnya lalu Menjatuhkan tubuhnya dikasur. Tanpa sadar air mata itu jatuh lagi, Malam ini terlalu lelah untuk Lia, ia terlalu rapuh mengingat kembali kejadian yang sudah membuat hatinya seakan berdarah darah. seakan luka yang belum mengering tiba tiba tertimpah lagi dengan luka yang baru. Jujur, jika dikatakan Ingin pergi, Ia ingin sekali pergi. tetapi ketahuilah, meninggalakan tak semudah dikatakan.

-

"Balik yukk," Ucap Adnan seraya mengelap butiran butiran keringat yang ada dikeningnya, lalu mengkibas kibaskan Tangannya sebagai kipas.Sudah banyak wahana yang Lia coba bersama laki laki disebelahnya ini. hari sudah semakin malam, dan saatnya untuk kembali kerumah.

"Yukk." Sahut Gadis mungilnya.

Ketika kaki mungil Lia melangkah menuju Parkiran,Tanpa sengaja pandangannya jatuh pada sosok gadis yang sedang memeluk erat leher laki lakinya dan mulai menci .. Reynad?

DEG.

Semesra itu?, Gumannya.
Gadis itu terdiam, Kakinya terasa lemas ketika tersadar siapa wanita dan laki laki itu. Reynad- Laki laki yang kemarin menahanya untuk tetap tinggal, menahannya untuk tetap bersamanya. Laki laki yang ucapaanya sempat kembali Lia percaya karna gadis itu pikir ia bersungguh sungguh, Ternyata semua nihil. Semua kosong, seharusnya memang Lia tidak usah terlalu berharap lebih, tidak usah Menunggu yang bukan semestinya. Karna jika ia tau fakta lainnya, ia tidak patah seperti saat ini, tidak hancur seperti saat ini.

"Rey... Reynaad.." Hancur, Hancur sudah.

"Liaa.." panggil Adnan yang menyadari ternyata Lia tertinggal jauh dibelakangnnya. Laki laki itu menghampirinya.

"Ayok-" Gadis itu diam dengan tangis yang berusaha untuk ditahan. Walaupun ia tau itu akan sia sia. Isak tangisnya terdengar.

"Lo nangis???Lo kenapa ia??" Ujar Adnan dengan panik menghapus airmata gadisnya itu.

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang