TIGA PULUH EMPAT

244 13 0
                                    

"Saya memang orang tua yang jahat. Persis seperti apa yang anak saya katakan." Ucap laki laki paruh baya itu seraya tersenyum perih. Mata nya lurus menatap kopi yang sendari tadi hanya ia aduk aduk.

"Kesalahan besar sudah saya lakukan. Wajar jika Reynad tidak memaafkan saya."

"Ternyata om sadar kalo om salah." cibir Doni acuh, disahut senggolan pelan dari Rudy.

"Sttt! diem dulu." peringatnya.

Heru tersenyum getir, "Hahaha.. Saya sadar, bahkan sangat sadar." Heru tertawa sejenak. Bukan tawa bahagia, tapi menertawakan kehidupan dan dirinya yang semakin hancur.

"Dulu, yang saya ingin tunjukan hanya pembuktian kepada ibu mertua saya... "

"Pembuktian?" Sela Rudy memastikan.

"Berkerja keras, Banting tulang demi menunjukan bahwa saya layak dan bisa bertanggung jawab dengan kehidupan santi, Karna memang waktu itu ibu mertua saya tidak setuju karna saya miskin." Sahut laki laki paruh baya itu.
"Karna tekat itu saya memiliki perusahaan yang cukup besar sekarang ini."

Rudy dan Doni mengatup, membiarkan laki laki itu menceritakan kisah hidupnya.

Ya. sebelum menikah, Heru hidup dikeluarga yang sederhana. Sampai akhirnya tuhan mempertemukan laki laki itu dengan Santi, wanita baik hati yang selalu menolong Heru ketika esok laki laki itu bingung bagaimana mencari uang untuk makan adik dan ibunya yang sedang sakit.

Karna selalu melihat bagaimana ketulusan wanita itu menolongnya. berjalannya waktu perasaan cinta itu tumbuh diantara mereka, sepasang insan yang pada saat itu memutuskan untuk menuju kejenjang yang lebih serius.
Sayang, perjalanan tidak begitu mulus. Ibu santi ternyata tidak setuju Heru menikahi anaknya karna Heru berasal dari keluarga miskin dan Ibu santi berfikir Heru tidak bisa membahagiakan santi secara financial. Bahkan Heru sempat ingin menyerah karna rasanya pun laki laki itu tidak pantas jika disandingkan dengan gadis dari keluarga yang memiliki harta melimpah.

Setelah melewati pertimbangan berkali kali, niat itu Heru urungkan lagi. yang membuatnya masih tetap bertahan sampai saat itu adalah sosok Santi yang tidak pernah lelah memberi semangat untuk tetap berjuang. Wanita sempurna.

"Saya tidak begitu gila bekerja, ataupuan gila harta. Tetapi tuntutan pekerjaan itu yang mengharuskan saya rela mengorbankan banyak sekali waktu dengan keluarga kecil saya, seminggu sekali bahkan sebulan sekali baru saya bisa pulang," tuturnya.
"Karna itu saya tidak bisa menemani istri saya melahirkan bahkan tak selalu melihat perkembangan anak saya, Reynad, yang tanpa sadar sudah bertumbuh besar."
" Saya bekerja keras, tetapi ibu mertua saya masih tetap menyalahkan; saya terlalu sibuk, menelantarkan anak , bermain dengan wanita lain dan sebagainya."

"Waktu itu Santi sempat percaya."
"Beberapa kali saya memberi keyakinan, dan penjelasan akhirnya dia mau mengerti. bahwa memang itu hanya murni bekerja saja."

Rudy tertegun saat mendengar penjelasan yang dilontarkan Heru.

Setelah perjuangan yang Heru lakukan , Ibu santi tetap menyalahkannya ; terlalu sibuk, menelantarkan anak istri bahkan Heru pernah dituduh memiliki hubungan gelap dengan wanita lain. Seperti sebuah cambukan untuk laki laki itu. Tetapi, bagaimana pun perkataanya itu harus menjadi peringatan untuknya agar lebih bisa membagi waktu lagi.

"Pekerjaan ini menyita banyak sekali waktu hanya untuk sekedar beristirahat. Mungkin terlalu Lelah bekerja - sibuk dengan perusahaan, tanpa sadar Penyakit itu mengindap ditubuh saya."

"Pe.. penyakit? penyakit apa ?" Tanya Rudy ragu.

"Leukemia." jawabnya singkat.

"Le..leukemia om??" Doni tak menyangka begitupun Rudy, Pernyataan itu mampu membuatnya tercengang, Siapa sangka seorang Heru Erlangga si pemilik perusahaan besar Laki laki yang ia kenal Tegas, berwibawa, dingin ternyata mengindap penyakit ganas.

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang