Dua Puluh Delapan.

226 9 0
                                    


"Aku bisa jelasinn Rey..." mohon gadis cantik itu seraya meraih lembut tangan laki laki sipemilik mata elang.

"Apaa!!" Sentak Reynad melepas paksa tangan gadisnya. Ia terkejut setelah melihat hasil rekaman video yang tersebar digrub-grub kelas, mempertontonkan tindakan yang k
Terlewat batas itu. Ia tak menyangka Bella sekasar itu hanya karna masalah sepele.

"Dia ga sopan sama akuu! Dia nyelonong pergi tanpa minta maaf!" Cekal gadis itu membela diri.
"Emang kurang ajar banget anak itu!"

Reynad menggeleng tak percaya, senyum getir kini kian tercetak jelas diwajah kecewa Reynad.
"Lo bukan bella yang gua kenal."

"Kamu nyalahin aku!"

"Kelakuan lo itu kelewat batas Bella! Sadar gak sihh!"

"Dia nampar aku Reynad!"

"Bagus." Ujar laki laki itu santai.

"Maksud kamu!"

"Ya bagus, lo pantes dapetin tamparan itu."
"Dan gua rasa yang gak sopan itu lo bukan dia." Sambung Reynad memalingkan wajah kearah lain.

"Aku kaya gini juga karna kamu Nad!"
"Aku tau dia Lia yang selama ini sering kamu sebut sebut setiap lagi sama aku! Yakan?" Teriak gadis itu mengebu gebu. Beruntung, sekarang mereka sedang dirooftop sehingga tidak ada orang yang dapat mendengar teriakan gadis itu.

"Dan bahkan saat kaya gini pun kamu masih belain dia! Dimana hati kamu!"
"Aku pindah kesini cuma pengen bisa lebih deket sama kamu tapi apa balasan kamu!"
Gadis itu Memukul lemah dada bidang laki laki itu. Sakit, orang yang ia cintai lebih memihak wanita lain. Menahan tangisnya,lirih. Banyak keputusan sia sia yang ia ambil hanya ingin bisa selalu dekat dengan kekasihnya. Tetapi...

"Terus dimana hati kamu dulu!"

Deg

"Kamu ninggalin aku karna laki laki brengsek itu!"
"Sadar ga kamu ngelakuin hal apa sama aku?"
"Dengan entengnya kamu dateng seenak jidat dan kamu bilang kamu masih sayang!"
"Yang jahat aku apa kamu Bell!" Sentak Reynad mengebu gebu, emosinya memuncak, wajahnya merah menahan amarah.

Sedangkan Bella, ia menunduk pasrah, isak tangisnya kini terdengar, usahanya menahan tangis gagal.
"Dulu gua pernah hampir gila karna lo." Ujar laki laki itu terdengar mengecil.

"Gua pikir dengan lo dateng, kita bisa perbaikin semuanya. Gua pikir rasa gua selama ini masih sama, ternyata gua salah Bel, hati gua bukan buat lo lagi, rasa gua udah ga sama kaya yang dulu."

Mungkin benar, jarak bisa mengubah semuanya, rasa kecewa bisa mengubah semuanya, salahkah Reynad jika harus berkata sejujurnya? bahwa hatinya bukan untuk gadis itu lagi.

"Keputusan gua buat nerima lo lagi ternyata salah. Lupain gua Bel, gua rasa itu lebih baik. "

Tangis Bella terhenti, seakan nafasnya tertahan ketika mendengar ucapan Reynad. Ia mendonga menatap laki laki itu lalu meraih pergelangan tanganya.

"Kamu mau ninggalin akuu?" Tanya gadis itu terdengar parau. Matanya kini menatap mata tajam Reynad. Tanganya mengenggam erat telapak tangan Reynad.

Reynad terdiam, ini sudah keputusannya. Dan Reynad rasa ini paling tepat.

"JAWAB NAD!" Sentak Bella menggebu-gebu.
"Apa semua karna Lia! Kamu suka kan sama dia!"

Deg.

Reynad masih terdiam mematung.
Benar, ia sudah menyukai Lia. Gadis mungil itu, yang selalu memenuhi otaknya.

"JAWABB!" Bentak gadis itu tidak tahan, Reynad membungkam seribu bahasa. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Jadi selama ini dugaan aku bener, kamu suka sama cewe gak seberapa itu!"

"Jaga ya mulut lo!"

"Dia punya apa! Cantik? Kaya?modis? Apa kurangnya aku Nad?? Sampe kamu milih dia."

"Dia punya apa yang ga lo punya."

Bella memincingkan alisnya.

"Apa!hah apa!"
"Bakal aku beli de-"

"Hati." ucapnya lalu melangkah pergi. Tanpa memperdulikan gadis itu ditempatnya.

Deg.

Dulu aku terlalu memperjuangkanmu,
Menepiskan segala kecewaku demi cinta yang ku junjung tinggi.
Ku Abaikan segala sakitku demi kamu!
Ku papah semua yang sudah hancur dan patah. pelan pelan kubantu diri ini untuk kembali percaya.

Kumaafkan kamu yang pernah mendua, yang pernah sempat pergi dengan alasan dia yang menggoda.  Kuterima permohonan maafmu dengan harapan semua bisa seperti semula,dan kembali melukis kisah kita.

Ku jalani denganmu, bersamamu. Dengan rasa  yang semakin hari menurutku sudah berbeda. Rasa yang aku pikir akan tetap sama ketika aku bangun cinta setelah luka.

Aku lupa ternyata ada tembok kokoh yang terbangun karna sakit itu. Aku berusaha mendobraknya , berusaha menghancurkannya tetapi tidak bisa, hati seakan sulit menerimamu kembali.

Mungkin benar, cinta bisa berubah karna rasa kecewa, hati ini tidak bisa dipaksa untuk tetap sama. Tidak bisa diharapkan untuk tetap ada! Nyatanya kita memang sudah sama sama berbeda, Kita mengalami hal yang hebat setelah perpisahan. Aku yang menemukan kesadaran dan katamu, kamu menemukan penyesalan.

Maaf bel , Rasanya cukup sampai disini.
Rasa yang aku pikir akan tetap ada nyatanya terkikis oleh perih.

***

Yuhuuuuuu!!!! udahlama banget ngga Up..
Jangan lupa vote + coment yaa sayangg:*

-Author:)

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang