DUA PULUH

800 41 2
                                    

Weekend kali ini, Keyra menghabiskan sebagian waktunya untuk membantu ibunya di kedai bersama Arkan. Ia beristirahat sebentar setelah mengantar pesanan kepada pelanggan. Keyra duduk sambil memperhatikan beberapa pengunjung yang datang ke kedai.

"Cape?" tanya Arkan sambil duduk di sampingnya.

Keyra mengangguk. "Abis maghrib pulang ya?"

"Kamu aja yang pulang. Abang masih mau bantuin disini."

Keyra mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Arkan.

"Kamu kalo mau pulang sekarang aja, nanti keburu hujan. Udah mendung gini," ucap ibunya dari arah dapur.

"Pulang sama siapa?"

"Sendiri'lah, Key. Kamu 'kan udah gede. Naik gojek aja."

Keyra mendecak pelan. "Yaudah aku pulang sekarang," ucapnya sambil beranjak dari duduknya. Keyra mengambil sling bag yang ia simpan di bawah meja kasir lalu pamit pulang.

°°°

Malam ini hujan turun dengan deras, ditambah lagi ada pemadaman listrik. Kenan sedang sibuk main games di laptopnya ketika ponselnya berdering. Ia mempause gamenya setelah melihat nama Bang Arkan terpampang di layar ponselnya. "Halo kenapa, Bang?"

"Lo lagi di rumah nggak, Ken? Kalo lagi di rumah, lo ke rumah ya. Gue sama nyokap masih di kedai, Keyra sendirian di rumah. Tadi dia nelepon nyuruh gue buat cepet pulang, tapi disini hujan besar juga. Jadi gue minta tolong lo buat nemenin Keyra dulu. Bisa, Ken?"

"Bisa. Ini gue udah mau berangkat ke sana, Bang." ucap Kenan. Saat ia mendengar kalau Keyra sendirian di rumah, ia dengan cepat berjalan keluar kamar sebelum Arkan menyelesaikan ucapannya.

"Oke makasih, Ken."

"Iya Bang," ucap Kenan. Ia menyimpan ponselnya ke dalam saku celana lalu berlari menembus hujan, menuju rumah Keyra.

Kenan mengetuk pintu rumah Keyra sambil memanggil-manggil nama Keyra, tapi tidak ada jawaban. Ia mencoba membuka pintunya, dan ternyata tidak dikunci.
Kenan masuk ke dalam rumah. "Key, lo dimana?" teriaknya. Ia menyalakan senter ponselnya lalu berjalan menuju kamar Keyra. Ia mengetuk pintu kamar Keyra pelan. "Key, gue masuk ya," ucapnya lalu membuka pintu kamar tanpa menunggu persetujuan yang punya.

Ia masuk ke dalam kamar dan melihat Keyra sedang duduk di atas tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya. Kenan mendekat ke arah Keyra dan duduk di sampingnya. "Gapapa, Key. Gue disini," ucapnya mencoba menenangkan Keyra.

Keyra menoleh ke arah Kenan dengan mata berkaca-kaca. "Kurang terang, Ken," ucapnya terisak. "Gue takut."

Keyra memiliki phobia gelap sejak kecil. Phobia tesebut susah dihilangkan walau pun Keyra sudah mencoba terapi. "Lampunya disimpen dimana?" tanya Kenan.

Keyra menggeleng.

"Yaudah gue cari di ruangan lain."

"Jangan," cegah Keyra sambil memegang tangan Kenan. "Lo disini aja. Gue takut kalo ditinggal sendirian."

Kenan kembali duduk lalu menggenggam tangan Keyra yang tadi memegangnya. "Sebentar lagi juga nyala," ucapnya.

"Lo kok tau gue sendiri?"

"Bang Arkan nelepon gue," jawab Kenan, membuat Keyra mengangguk-anggukkan kepalanya.

Suara hujan yang semakin deras dan suara petir mengisi keheningan yang terjadi diantara mereka. Kenan masih menggenggam tangan Keyra. Senter ponsel masing-masing menyala di hadapan Keyra.

Keyra terkejut ketika ponsel Kenan tiba-tiba berdering. Ia dan Kenan sama-sama terdiam saat melihat nama yang terpampang di layar ponsel. "Angkat aja," ucap Keyra sambil mencoba menarik tangannya yang digenggam Kenan.

Kenan & KeyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang