Han Yeori terlihat berjingkat-jingkat di samping pagar kebun sekolah. Di mulutnya terapit roti isi selai yang dibelinya dari swalayan dekat sekolah karena ia tidak sempat sarapan. Sayup-sayup di kejauhan terdengar celotehan murid-murid yang akan segera memulai kelasnya. Bel tanda masuk sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, tetapi gadis itu masih berada di luar kelas karena ia terlambat datang di hari pertamanya sekolah.
"Kau!" teriak penjaga gerbang sekolah yang napasnya terengah-engah. "Jangan naik! Yah~!" teriaknya lagi saat melihat Yeori mulai meraih ujung dinding dan mencoba naik ke atas pagar.
"Dia pikir aku mau tertangkap dan dibawa ke ruang guru di hari pertamaku sekolah apa? Apa dia itu bodoh, ya?" gumam Yeori yang sudah bertengger apik di atas pagar kebun sekolah. Gadis itu melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah penjaga gerbang yang masih berdiri di ujung koridor dengan mulut yang sepertinya sih sedang mengeluarkan serapah.
Yeori melompat ke dalam kebun sekolah dan bersembunyi di antara tanaman. Kalau ia langsung keluar dari kebun sekolah, pasti akan berpapasan dengan penjaga gerbang di koridor. Jadi, ia memutuskan untuk bersembunyi dulu sampai kondisi dirasa aman sambil menghabiskan sisa roti yang masih ada di mulutnya.
Menit berlalu, tetapi tidak ada tanda-tanda penjaga gerbang sekolah mencari Yeori ke dalam kebun. Gadis itu mengintip dari sela dedaunan tempatnya bersembunyi. Yeori melihat lelaki paruh baya itu baru saja melewati pintu masuk kebun ke arah pos jaga. Yeori harus segera keluar dari persembunyian dan berlari meninggalkan kebun sekolah sebelum penjaga gerbang itu berubah pikiran dan menemukannya.
Sampai di dekat pintu masuk kebun sekolah Yeori menabrak sesuatu---atau lebih tepatnya seseorang---karena beberapa detik kemudian ia mendengar seseorang memekik.
"Ah, pupuknya!"
Yeori melihat ada sebuah ember berisi cairan entah apa yang baunya sangat menyengat. Asam lambungnya tiba-tiba terasa naik saat bau menyengat itu hinggap di indera penciumannya. Pakaian bagian depannya pun terasa basah dan lengket. Mungkin terciprat cairan berbau itu.
"A-apa ini?" Yeori menatap kemeja sekolah berwarna putihnya yang penuh bercak kehitaman.
"Yah~ kau menumpahkan pupuk buatanku. Kau tahu, aku sudah menunggu lama untuk ini dan kini kau menumpahkannya begitu saja. Kau tahu proyek ini sangat penting untuk nilai science-ku?" seorang murid laki-laki menceracau dengan suara tinggi sembari menunjuk-nunjuk ke wajah Yeori yang masih tertunduk memperhatikan kemejanya yang kotor.
"Seharusnya aku yang protes karena kau sudah mengotori kemeja seragamku. Sekarang bagaimana aku bisa masuk kelas dengan baju seperti ini?" Yeori sedikit mengibas-ngibaskan bagian kemejanya yang terkena noda agar sisa-sisa kotoran yang masih melekat bisa segera lepas dari sana.
"Kau harus mengganti pupuknya!" tuding murid laki-laki itu. Yeori mendongakkan wajahnya tak terima.
Saat Yeori mendongak, ia melihat seorang murid laki-laki berambut tebal dengan poni yang menutupi dahinya, mengenakan jas laboratorium sedang menatapnya sambil mengerutkan dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Unpredictable Love ✓
FanfictionHan Yeori menyukai Dae Jimin karena dia begitu baik dan punya senyum yang menawan. Namun, ia harus melupakan rasa sukanya karena sebuah hubungan sakral yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Sementara Han Taehyung yang sangat jutek dan sering berb...