Perlahan Yeori membuka matanya. Ia berada di sebuah ruangan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Di salah satu sisi dinding ruangan itu terdapat jendela kaca yang menyajikan pemandangan lapangan basket sekolah.
Apa benar ini penculikan? Yeori berpikir siapa yang akan menyelamatkannya seandainya ini benar penculikan. Ayahnya? Bukankah sejak Yeori lahir ayahnya itu seolah tak ingin peduli dengannya? Temannya? Bukankah akhir-akhir ini teman yang dekat dengannya hanya Eunri, tetapi apakah temannya itu punya cukup uang untuk menebus seandainya penculik Yeori meminta uang tebusan seperti kasus penculikan di film-film? Yeori merasa hidupnya begitu menyedihkan saat tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa ia jadikan sebagai tempat bersandar.
Saat itulah mata Yeori menangkap empat sosok murid laki-laki yang wajahnya tidak asing lagi. Mereka berempat yang muncul di majalah mingguan sekolah. Mata Yeori melebar menatap mereka. "Jadi, kalian?!" pekik Yeori terkejut.
"Kau sudah sadar? Ramuanku ternyata berhasil," ujar Jimin senang karena eksperimen obat bius tanpa efek samping buatannya berhasil.
"Apa maksudnya?" tanya Yeori menuntut penjelasan.
"Semua ini idenya Taehyung," jawab Hoseok sambil tersenyum.
"Bagaimana leluconku kali ini? Menegangkan?" tanya Taehyung sambil tersenyum simpul penuh kemenangan.
"Menegangkan? Kau pikir ini lucu?" Yeori langsung berdiri dan berkata dengan intonasi yang keras, "Dasar kalian gerombolan idiot bodoh, tidak berguna. Bisa-bisanya semua gadis di sekolah ini bilang kalian itu keren lalu berteriak-teriak seperti orang gila. Seandainya saja mereka tahu yang bisa kalian lakukan hanya hal-hal tidak berguna seperti ini, aku yakin mereka akan mengutuk diri mereka sendiri karena sudah pernah meneriaki kalian," maki Yeori sambil menendang-nendang dinding untuk meluapkan kekesalannya karena Yeori tidak mungkin menendang mereka satu per satu walaupun rasanya ingin sekali.
Mereka tidak akan mengerti betapa takutnya Yeori tadi saat berpikir dirinya benar-benar diculik. Lalu dengan seenaknya mereka bilang semua itu hanya lelucon. Sekali lagi, hanya lelucon.
Jimin dan Hoseok sudah sukses tertawa, bahkan yang terkenal sebagai makhluk dingin berekspresi datar bernama Jeon Jungkook juga sudah menyunggingkan senyum gelinya. Taehyung bahkan sampai tergelak sambil memegangi perutnya lalu sesekali menunjuk-nunjuk ke arah Yeori. Terlihat sangat puas sekali.
"Tidak ada yang lucu!" sungut Yeori lalu terduduk di lantai dengan napas terengah-engah sambil memegangi kakinya yang yang terasa sakit karena habis menendang dinding.
"Kakimu tidak apa-apa?" tanya Jimin yang berjongkok di hadapan Yeori.
"Dan kau, kenapa bisa bergaul dengan mereka sih? Dengan orang seperti dia?" Yeori berbicara pada Jimin sambil menuding ke arah wajah Taehyung yang masih memegangi perutnya karena geli. Beberapa saat kemudian Taehyung berdeham kemudian memasang wajah serius.
"Tapi, ini masih belum sepadan dengan tanggung jawabmu terhadap pupuk eksperimenku. Harusnya bisa lebih parah lagi dari ini," Taehyung melipat tangannya di depan dada. Terlihat sangat menyebalkan. Yeori hanya mendelik padanya tanda ia sangat kesal dan Taehyung terlihat sangat menikmatinya.
"Sebenarnya, ada yang ingin kami luruskan," Jimin berusaha menengahi.
"Jadi karena hal itu kalian menculikku? Yang benar saja! Kalian 'kan tak perlu melakukannya!" protes Yeori sengit.
"Kami sebenarnya tidak ingin melakukan hal ini. Hanya saja, akhir-akhir ini aku merasa sedang dijauhi," Jimin menjelaskan dengan wajah yang agak kurang yakin.
Ketiga temannya yang lain langsung mengangguk setuju. Yeori seperti diingatkan kalau dirinya 'kan memang sedang menjauhi Jimin dan Taehyung akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Unpredictable Love ✓
FanfictionHan Yeori menyukai Dae Jimin karena dia begitu baik dan punya senyum yang menawan. Namun, ia harus melupakan rasa sukanya karena sebuah hubungan sakral yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Sementara Han Taehyung yang sangat jutek dan sering berb...