"Kau tak apa-apa?" tanya sebuah suara yang samar-samar terdengar di telinga Yeori saat perlahan ia mulai membuka matanya.
Pandangannya agak buram. Kepalanya terasa berdenyut. Beberapa kali Yeori mengerjapkan mata agar dapat melihat dengan jelas. Saat semuanya menjadi semakin jelas, ia melihat wajah seorang murid laki-laki dengan senyum manis sedang menatapnya.
"Sakit," gumam Yeori seraya memegangi kepalanya yang masih berdenyut.
Yeori meraba dahinya yang terasa agak perih. Bagian yang terasa perih itu sudah tertutup plester. Entah benda jenis apa yang mengenai kepalanya sehingga rasanya berdenyut seperti itu. "Kau siapa?" tanya Yeori sambil berusaha mengingat apa yang terjadi padanya.
Ia sedang berjalan di koridor, kemudian seorang gadis bernama Choi Eunri menghentikannya hanya untuk bilang kalau sepatunya juga bau terkena tumpahan pupuk. Saat Yeori akan mengambil sepatu yang ia lepaskan untuk mengecek apakah perkataan Eunri benar, tiba-tiba sesuatu yang amat keras mengenai kepalanya. Kepalanya terasa berputar dan ia jatuh lalu tak ingat apa-apa lagi setelahnya. Ketika Yeori membuka mata, ia berada entah di mana bersama murid laki-laki si pemilik senyum manis yang masih menatapnya itu.
"Aku asisten petugas ruang kesehatan yang mengobati lukamu beberapa saat lalu," jawab si pemilik senyum manis.
"Aku harus kembali ke kelas," ujar Yeori yang langsung panik saat teringat jam istirahat pasti sudah usai karena suasana di luar ruangan itu begitu sepi. Ia membuka selimut dan hendak turun dari tempatnya berbaring.
"Kau akan dirawat sampai jam pulang sekolah. Sudah kuurus surat izinnya," Si pemilik senyum manis itu berkata seraya meraih lengan Yeori.
"Apa?! Memang boleh seperti itu?" tanya Yeori keheranan.
"Boleh. Aku akan mengirimkan surat izin ke guru piket." Murid laki-laki itu kembali menampakkan senyum manis di wajahnya.
"Terima kasih," gumam Yeori setelah lama terdiam karena merasa canggung, apalagi saat menyadari murid laki-laki itu masih memegangi lengannya.
"Siapa namamu?" tanya murid laki-laki itu lagi.
"Han Yeori."
"Han Yeori?" ulang murid laki-laki itu dengan mata yang agak membesar seperti terkejut, tetapi beberapa saat kemudian senyum kembali mengembang di wajahnya. "Apa kau murid baru?"
"Ya," jawab Yeori keheranan. Ia merasa aneh dengan gelagat murid laki-laki yang mengaku sebagai asisten ruang kesehatan itu. Kenapa reaksinya seperti itu saat Yeori menyebutkan namanya? Juga dari mana ia tahu kalau Yeori murid baru? Secepat itukah berita menyebar kalau ada murid baru?
"Ah, mungkin Choi Eunri itu yang memberitahunya," tanpa sadar Yeori bergumam dengan suara yang lirih. Membuat pemilik senyum manis yang duduk di hadapannya mengerutkan dahi keheranan lalu mendekatkan telinganya ke arah Yeori.
"Apa katamu?" tanyanya kemudian.
"Tidak ada," jawab Yeori menatap wajah murid laki-laki itu yang jaraknya sangat dekat. Bahkan Yeori bisa melihat untaian rambut halusnya yang terjuntai di dahi dengan sangat jelas. Si pemilik senyum manis itu kemudian balas menatapnya, menatap lurus ke mata Yeori seolah sedang mencari tahu apakah yang dikatakan Yeori itu benar.
Saat mata mereka beradu pandang, ada perasaan aneh yang menggeliat di hati Yeori. Mata itu seperti bisa menghipnotis. Mata itu seolah bisa membawa lawan bicaranya pergi ke suatu tempat yang asing tetapi menyenangkan. Rasanya dunia seperti berhenti berputar dan Yeori merasa sangat sulit mengalihkan matanya ke tempat lain.
"Apa kau yang melempar sesuatu ke kepalaku?" tanya Yeori tanpa mengalihkan tatapan matanya dari mata itu.
"Bukan," jawabnya juga masih menatap mata Yeori.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Unpredictable Love ✓
FanfictionHan Yeori menyukai Dae Jimin karena dia begitu baik dan punya senyum yang menawan. Namun, ia harus melupakan rasa sukanya karena sebuah hubungan sakral yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Sementara Han Taehyung yang sangat jutek dan sering berb...