#20: Lelucon Lainnya

1.6K 274 26
                                    

Yeori sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan apa pun yang bisa membuat dirinya berguna dan tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup yang ia dapat. Untuk hal itu ia harus membuat dirinya bahagia. Setelahnya baru bisa membahagiakan orang lain.

Hari pertamanya masuk sekolah setelah menjalani skrosing dilaluinya dengan baik. Banyak cerita yang ia dapat dari Eunri selama dirinya tidak sekolah, termasuk berita tentang Shin Haera yang gagal meraih kesempatan untuk masuk jurusan jurnalistik di universitas pilihannya karena pengunduran dirinya dari redaksi majalah sekolah.

Yeori jadi iba mendengarnya. Lalu ia teringat jika masih ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan gadis itu. Apa sekarang saatnya, ya? Namun, sepertinya akan terasa aneh kalau dirinya tiba-tiba datang dan bicara serius dengan gadis itu.

Kemudian masalah Kang Soora. Sejak perkelahian mereka karena gantungan tas yang diberikan Jimin, gadis itu berubah jadi pendiam. Mau tidak mau Yeori iba juga melihatnya. Baik Haera atau pun Soora, Yeori tidak pernah sama sekali berniat membuat hari sekolah mereka menjadi buruk.

Lamunan Yeori tentang dua orang gadis bernasib malang itu langsung buyar saat Yeori tiba di depan lokernya. Keningnya berkerut ketika menemukan sebuah amplop merah saat ia membuka loker. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri kemudian wajahnya juga celingukan ke sana kemari seolah ingin mencari tahu siapa yang menyelipkan amplop itu ke lokernya.

Tidak ada orang. Ruang loker itu sepi. Lalu, surat apa itu?

Perlahan Yeori membuka amplop itu dan membaca surat yang ada di dalamnya.

Pulang sekolah, datanglah ke gedung olahraga. Jangan beritahu siapa pun, datang sendiri!

Kalau kau berani melanggar maka akan fatal akibatnya untuk HSG. Nasib mereka berempat ada di tanganmu!

Cepat Yeori melipat surat itu dan memasukkannya kembali ke amplop. Perasaannya jadi tidak enak, terutama karena ia sendirian di ruangan itu.

Sambil menyusuri koridor meninggalkan ruang loker, Yeori sibuk berpikir. Ada apa ini sebenarnya? Ada apa dengan HSG? Kenapa nasib HSG ada di tangannya? Apa ini lelucon? Atau... penculikan? Mata Yeori langsung melebar dan berusaha mengenyahkan lintasan pikiran itu dari otaknya. Tentu saja itu pemikiran bodoh.

Ia butuh seseorang untuk dimintai pendapat mengenai masalah ini. Ia harus menelepon mereka. Setidaknya ia harus memastikan kalau mereka baik-baik saja.

Sial. Ponsel keempatnya tidak ada yang aktif. Lalu sekarang Yeori harus bagaimana? Ia benar-benar butuh seseorang untuk dimintai pendapat, tetapi surat itu jelas-jelas dengan tegas mengatakan Yeori tidak boleh memberitahu siapa pun tentang masalah ini.

Yeori mondar-mandir di koridor kelasnya sambil sesekali mengigiti kuku tangannya dengan gelisah. Apa yang harus ia lakukan?

"Kau kenapa?" tanya Eunri keheranan melihat temannya itu mondar-mandir seperti setrikaan panas.

"Eunri, kemari!" Yeori menarik lengan Eunri ke salah satu sudut koridor yang agak sepi. Di dekat semak-semak tanaman perdu sekolah.

"Kenapa?"

"Janji tak akan memberitahu siapa pun?" Yeori menatap Eunri dengan wajah serius.

"Janji, tapi ada apa ini?" desak Eunri tak sabar.

Yeori menyerahkan amplop yang ia temukan di lokernya tadi kepada Eunri. Setelah membuka dan membacanya, Eunri nyaris saja berteriak kalau Yeori tidak cepat membekap mulutnya.

[Sudah Terbit] Unpredictable Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang