Yeori masih duduk termenung di tepi kolam air mancur yang ada di depan gedung perpustakaan sekolah saat Eunri datang menghampirinya. Eunri membawa dua kaleng minuman ringan. Satu-satunya hal yang bisa membuat mereka akur layaknya teman lama itu adalah tugas dari kelas Bahasa Korea. Mereka mendapat tugas menerjemahkan karya sastra kuno yang ditulis dengan huruf hanja.
"Jadi ayahmu yang memindahkanmu ke sekolah ini?" tanya Eunri setelah meneguk minuman miliknya dan duduk tenang di samping Yeori.
"Apa aku perlu mengulangi ceritaku dari awal lagi?" sungut Yeori.
Sepanjang jam istirahat ini Eunri tidak henti-hentinya bertanya, kenapa Yeori pindah ke Hae San? Sebelumnya sekolah di mana? Kenapa pindah? Apa Yeori tidak akan kesulitan beradaptasi menghadapi ujian akhir? Pertanyaan-pertanyaan yang sama seperti yang Eunri ajukan saat pertama kali mereka berinteraksi. Rupanya gadis itu masih belum menyerah.
"Aku hanya ingin memastikan rekanku tidak punya masalah akademis. Bisa saja 'kan kau dikeluarkan dari sekolahmu yang lama karena kau bermasalah," jawab Eunri sambil menatap Yeori sinis.
"Aku bahkan tidak tahu kenapa ayahku memindahkanku ke sini, lalu bagaimana aku menjawab pertanyaanmu?" sahut Yeori.
"Ayahmu aneh, ya," Eunri berkata lagi, tetapi setelahnya ia langsung menoleh ke arah Yeori. Memastikan temannya itu tidak tersinggung pada ucapannya barusan. Yeori hanya menanggapi dengan senyum simpul.
"Sekarang, apa boleh aku juga menginterogasimu?" Yeori melirik ke arah Eunri dan menanti reaksi teman sekelasnya itu.
"Kau ini perhitungan sekali, ya." Eunri tergelak kemudian meneguk minumannya lagi. "Kau ingin tanya apa tentang aku?"
"Saat aku pingsan di koridor sekolah kemarin, apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang mencelakaiku?" tanya Yeori sambil menatap Eunri tajam.
Gadis yang ditatap Yeori itu terlihat salah tingkah saat kedua bola matanya bergerak-gerak gelisah ke sembarang arah, sementara mulutnya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Mencurigakan.
"Apa kau yang melakukannya? Apa kau yang melempar sesuatu ke arahku?" desak Yeori.
"Aku? Ah, yang benar saja! Aku tidak mungkin melakukannya. Memang sih, kau menyebalkan sekali kemarin, tetapi aku bukan tipe orang yang suka balas dendam sampai seperti itu. Sungguh!" Eunri berusaha meyakinkan.
"Lalu?" tanya Yeori lagi yang kini menatap lurus ke bola mata Eunri.
"Seseorang secara tidak sengaja melempar bola ke arahmu. Dia sedang terburu-buru jadi memintaku untuk menolongmu. Itu saja."
Yeori masih menatap Eunri seolah tidak puas dengan penjelasan temannya itu. Melihat gelagatnya sih sepertinya Eunri menyembunyikan sesuatu.
"Tidakkah kau berpikir kita akan lebih santai mengerjakan tugas di tempat yang agak sepi? Di kebun sekolah, misalnya. Itu tempat yang sangat asyik untuk mengerjakan tugas. Kau tahu, di sana banyak buah-buahan yang bisa kita makan." mata Eunri berkilat antusias saat mengucapkan kalimat terakhir. Terlihat sekali kalau ia berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak mau ke tempat itu!" tegas Yeori.
"Kenapa?" Eunri memicingkan matanya curiga.
"Aku pernah bertemu si wajah-rilakkuma-maniak-pupuk itu di sana dan aku tidak mau bertemu lagi dengannya. Kalau aku bertemu dengannya, hanya hal-hal buruk yang akan menghampiriku."
"Eh, wajah-rilakkuma-maniak-pupuk? Apa itu?"
"Seorang murid laki-laki maniak pupuk yang suka memakai masker moncong rilakkuma. Dia punya eksperimen pupuk yang eurgh, baunya! Nah, itu dia yang sedang berjalan menyeberangi lapangan itu!" tunjuk Yeori ke arah murid laki-laki bertubuh jangkung sedang berjalan menyeberangi lapangan sekolah dengan seorang murid laki-laki lainnya yang sedang mendengarkan musik dengan earphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Unpredictable Love ✓
FanfictionHan Yeori menyukai Dae Jimin karena dia begitu baik dan punya senyum yang menawan. Namun, ia harus melupakan rasa sukanya karena sebuah hubungan sakral yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Sementara Han Taehyung yang sangat jutek dan sering berb...