Saat Yeori keluar dari gerbang kebun sekolah, ia berpapasan dengan Jimin yang datang dari arah ruang kesehatan. Rasa canggung kembali menyergap hatinya, terutama saat teringat perkataan Taehyung beberapa saat yang lalu tentang Jimin. Yeori ingin pura-pura tidak melihat, tetapi mata mereka terlanjur bertatapan.
"Kau baru akan pulang?" tanya Jimin seraya menghampiri Yeori. Ia teringat kalau Taehyung meminta Yeori ke kebun sekolah mengerjakan eksperimennya.
"Ya," jawab Yeori seadanya. Ia kembali berjalan dan Jimin berjalan di sebelahnya.
"Apa dia mengganggumu lagi?"
"Dia? Siapa?" tanya Yeori keheranan.
"Kim Taehyung."
"Ya, begitulah," jawab Yeori terlihat enggan membahasnya.
"Anak itu sejak kecil sudah seperti itu. Sekilas dia terlihat seperti orang yang suka menyendiri, tetapi kalau menemukan hal yang menarik perhatiannya, dia akan fokus pada hal itu. Sebenarnya dia itu orang yang kesepian," Jimin tersenyum saat mengingat sahabatnya itu.
"Kesepian? Apa dia tidak punya keluarga?" Tanya Yeori penasaran yang beberapa detik kemudian disesalinya. Untuk apa ia khawatir pada Taehyung?
"Kedua orang tuanya adalah profesor yang sangat sibuk. Rutinitas mereka adalah mengisi kuliah umum di beberapa negara sehingga kepulangan mereka ke rumah itu bisa dihitung dengan jari dalam sebulan. Itu pun masih dipotong kegiatan lab, kegiatan seminar dan kegiatan lapangan lainnya. Dia anak tunggal. Paling kami bertiga inilah yang menjadi temannya."
"Kasihan sekali, ya," ujar Yeori yang jadi teringat akan dirinya. Ia merasa mereka bernasib sama.
"Gurauannya jangan terlalu diambil hati, ya. Sebenarnya dia orang yang hangat dan menyenangkan kalau kita sudah mengenalnya. Dia juga kadang kekanakan," Jimin kembali tersenyum.
Saat Jimin mengakhiri ceritanya tentang Taehyung, mereka sudah keluar dari gerbang sekolah. Yeori berjalan ke halte bus seperti biasa, sementara Jimin melangkah agak ragu.
"Kau mau ke halte bus juga?"
"Ya," jawab Jimin tampak sekali kalau ia ingin lebih lama mengobrol dengan Yeori.
"Kupikir kau akan dijemput oleh sopir pribadimu atau kau membawa kendaraan pribadi untuk pulang seperti di film-film itu," ujar Yeori polos, membuat Jimin tergelak.
"Memangnya kenapa aku harus begitu?"
"Kau 'kan orang terkenal di sekolah, kau juga 'kan pasti anak orang kaya dari keluarga terpandang. Kau sangat terjaga dari pergaulan sembarangan. Kau sangat eksklusif," Yeori mengucapkan kalimat terakhirnya dengan mimik wajah yang membuat Jimin semakin merasa geli. Ia sampai tergelak lagi. Suaranya begitu keras sehingga orang-orang yang berjalan di dekat mereka langsung memperhatikan mereka berdua.
"Apa ada yang lucu? Hei, semua orang memperhatikan kita. Jangan tertawa seperti orang gila!" sungut Yeori sambil celingukan ke sana kemari memperhatikan orang-orang yang menatap mereka. Jimin menyeka sedikit air yang keluar di sudut matanya karena tertawa.
"Kau terlalu banyak menonton drama. Aku tidak seperti itu, kok!" protes Jimin yang sesekali masih tertawa geli.
"Tapi, kejadian sebelum aku menuju kantin itu bisa menjelaskan semuanya. Aku jadi takut sekarang berada di dekat kalian," Yeori berkata lirih.
"Tidak perlu takut. Selama kau berada di dekat kami, tidak akan ada seorang pun yang bisa menyakitimu." Jimin menatap Yeori seolah ingin meyakinkan. Melihat tatapan itu hati Yeori terasa hangat.
Seumur hidupnya belum pernah ada orang yang menunjukkan perhatiannya seperti itu, termasuk ayahnya sendiri. Mata Yeori jadi berkaca-kaca.
"Terima kasih," ucapnya dengan suara yang bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Sudah Terbit] Unpredictable Love ✓
FanfictionHan Yeori menyukai Dae Jimin karena dia begitu baik dan punya senyum yang menawan. Namun, ia harus melupakan rasa sukanya karena sebuah hubungan sakral yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Sementara Han Taehyung yang sangat jutek dan sering berb...