#23: Jadian

1.8K 280 63
                                    

Yeori tampak ragu saat ia dan Jimin sudah berdiri di depan kediaman keluarga Kim. Awalnya ia menolak saat Jimin mengajaknya untuk menjenguk Taehyung. Katanya pemuda itu sakit dan sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Namun, Jimin terus memaksa sambil berulang kali bilang kalau Yeori akan menyesal jika sesuatu sampai terjadi pada Taehyung.

Akhirnya Yeori menyerah. Bukan karena ia benar-benar ingin menjenguk Taehyung, tetapi lebih kepada ketidakinginannya mendengar ocehan Jimin sepanjang waktu. Bisa dipastikan kalau Yeori tidak segera mengikuti keinginannya, pria pemilik senyum manis yang awalnya Yeori kira pendiam itu akan berceloteh sepanjang hari menasehati Yeori dan mengingatkannya kalau Taehyung itu adalah orang yang berharga bagi Yeori. Namun, belum disadarinya saja.

"Ayo, masuk," ajak Jimin seraya menarik tangan Yeori memasuki sebuah rumah besar dengan interior modern bergaya Eropa.

"Aku tunggu di sini saja, ya," pinta Yeori enggan.

"Tidak bisa. Aku berani jamin, ia akan langsung sembuh saat melihatmu datang," ceracau Jimin tanpa memedulikan Yeori yang hatinya sudah kebat-kebit.

Apa yang harus dilakukannya saat bertemu Taehyung? Bukankah akhir-akhir ini pemuda itu menjauhi Yeori? Pasti akan sangat canggung. Yeori menggigit bibir bawahnya gelisah.

"Ki-kita mau ke mana?" tanya Yeori saat mereka mulai menaiki tangga ke lantai dua.

Yeori pikir ia hanya akan duduk di sofa ruang tamu dan menunggu. Namun, nyatanya Jimin seperti akan membawa Yeori ke kamar Taehyung. Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Bagaimana nasib jantungnya yang sedang berlompatan di dalam sana? Ia sungguh merasa tidak nyaman.

"Kita ke kamarnya Taehyung. Kau pikir orang sakit bisa bergentayangan jauh dari tempat tidurnya?" jawab Jimin.

Tuh, kan benar dugaan Yeori. Apa yang akan dilakukannya saat mereka bertemu? Apa sosok itu masih tak mengacuhkannya? Rasanya ingin terjun saja dari tangga itu sekarang.

Pintu kamar Taehyung terbuka, muncullah dua sosok lain yang sudah lebih dulu tiba. Hoseok dan Jungkook sedang asyik bermain playstation, duduk di karpet memunggungi pintu masuk.

"Aku membawa pujaan hatimu ke sini," Jimin berkata seraya menarik Yeori dan mendudukkannya di tepi tempat tidur Taehyung.

Yeori hanya menunduk, tak berani mendongakkan wajahnya karena ia takut bertemu tatap dengan Taehyung.

Jimin pun memberi isyarat pada kedua temannya yang lain untuk pergi menyingkir dari sana.

"Mengganggu saja!" terdengar Hoseok protes.

Namun, beberapa saat kemudian suasana terasa hening. Sepertinya Jimin sudah berhasil membawa mereka keluar dari kamar itu. Suasana canggung yang tidak mengenakkan tiba-tiba menaungi atmosfer kamar itu.

"Kau sakit apa?" tanya Yeori berusaha keras ingin keluar dari kubangan rasa canggung yang terasa tidak nyaman itu.

"Kau bicara denganku?" tanya Taehyung dengan nada suara yang dingin, membuat Yeori seketika merinding. Suara itu seperti bukan suara Taehyung yang dikenalnya.

"Memangnya ada siapa lagi di kamar ini?" sungut Yeori yang sebenarnya ingin lari saja dari kamar itu, tetapi entah kenapa kakinya seperti ditempeli lem super sehingga sulit digerakkan.

"Matamu terus menatap lantai, kupikir kau sedang bicara dengan lantai," jawab Taehyung yang membuat Yeori refleks menoleh ke arahnya dan menatap pemuda Kim itu dengan tatapan kesal.

Tatapan mata mereka bertemu. Tiba-tiba Yeori lupa bagaimana caranya menghirup napas sehingga dadanya terasa sesak. Kenapa tatapan mata Taehyung begitu berbeda saat itu? Kenapa tatapan mata yang selama beberapa hari belakangan tak lagi dirasakannya justru membuat jantungnya berlarian di dalam sana?

[Sudah Terbit] Unpredictable Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang