Levi's Toy

2.3K 265 20
                                    

Karena ini hari pertama ku menginjakkan kaki di mansion megah seorang bandar terbesar maka aku harus berhati hati sebisa mungkin agar tak di curigai nya misalnya hari ini, aku berniat membersihkan rumahnya dimulai dari ruangan umum saja seperti dapur, ruang tamu, kamar ku , teras dan juga halaman.

"Besar juga ya. Apa aku bisa membersihkan semua itu dalam satu hari?"

Baik pertanyaan monolog ku tadi terdengar agak berlebihan tapi memang itu kenyataan nya. Hei sobat tempat ini terlalu besar jika hanya di tinggali satu orang. Aku menghela nafas seraya meraih sapu yang terdampar di pojok dapur. Pria itu sepertinya maniak kebersihan terlihat dari rambut sapu nya yang mulai sedikit berkurang, itu tandanya alat kebersihan ini sering di gunakan.

Aku mulai menyapu di bagian dapur. Mengelap wastafel, jendela dan meja berbahan keramik nya. Tak lupa juga dengan kompor yang mulai sedikit berminyak.

"Baiklah, aku ingin membersihkan jendela tapi dimana spray nya?"

Tatapan ku menelusuri setiap sudut dapur dan syukurlah, benda sakti itu cepat ku temukan. Tempat tergeletak nya persis di atas kulkas tak jauh dari tempat ku berdiri. Fiks pria itu adalah tukang bersih-bersih, tak dapat di percaya. Ku kira dia adalah pribadi yang kotor dan masa bodo dengan kerapihan ternyata aku salah menilai covernya.

Setelah beberapa menit berkutat dengan bersih bersih dapur aku beralih ke kamar. Nah tuan Levi terhormat lantai dapur mu sudah harum, tidak ada lagi noda minyak berceceran di manapun.

Kebingungan melanda ketika membuka pintu kamar. Pasalnya tempat ini sudah bersih. Posisi selimut sudah terlipat rapih di atas kasur, lantainya juga sudah di vakum tidak ada debu disana, apa yang harus ku bersihkan lagi?

Aku menggaruk kepala gatal. "Bagian yang mana ya?"

Merasa tak mendapat jawaban aku akhirnya menyerah, memutuskan untuk membersihkan ruang tengah saja.

Sapu dan peralatan kebersihan lain nya tak lupa ku bawa. Menggulung lengan baju hingga ke siku dan aku siap beraksi.

Baru satu menit menyapu tiba tiba suara telepon rumah miliknya berdering keras membuat ku telonjak kaget.

"Telepon sialan!" Maki ku. Aku melangkah mendekati sumber suara.

Telepon ini juga telah canggih. Di atas papan angka terdapat plat yang menuliskan nama si penelepon, waw aku jadi tidak perlu bertanya tanya lebih jauh tentang si penelepon ini jika tidak mengenalnya namun hari ini keberuntungan di pihak ku, plat itu menampilkan nama Levi. Entah mengapa senyum ku mengembang dengan sendirinya.

"Ya tuan?"

"Kenapa lama sekali?"

Aku terdiam sejenak. "Membaca nama mu terlebih dahulu."

Suara helaan nafas terdengar dari seberang sana. "Membaca nama saja selama itu jangan bilang ka-"

"Kau saja yang tidak sabaran jadi orang." Sela ku cepat namun segera menyadari apa yang telah ku katakan.

Di seberang sana Levi bungkam cukup lama. Dia marah? Dia marah ya?

"Tu-tuan?"

Akhirnya ia bersuara. "Kau memang jalang yang menarik. Dari semua mainan ku baru kali ini ada yang berani berkomentar seperti itu pada ku."

Aku menelan ludah. "Anda marah?"

"Aku tidak marah." Ucapnya dingin.

"Tapi nada bicara mu seperti itu." Jujur biarpun aku seorang mata mata ahli jika sudah menyangkut soal kemarahan Levi aku benar benar takut.

"Aku tidak marah kau saja yang salah faham."

Skakmat! Pria menyebalkan. Aku salah tingkah akibat ucapan nya. Dasar pria yang tidak bisa menyaring kalimat terlebih dahulu, atau memang akunya yang salah faham terhadapnya?

Mine! Remember It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang