(Name) meremas jari jarinya seraya menatap lurus kearah ombak pantai yang bergulung menari indah disana. Biarpun begitu keindahan alam yang tuhan sajikan itu tak mampu menetralisirkan degup jantungnya. Ia gugup tentu saja. Dirinya telah terbalut sebuah gaun putih indah yang membentang hingga ke lantai. Ia akan menjadi putri untuk hari ini.
Daun pintu dibelakangnya terbuka membuat ia menoleh menatap sang pelaku.
Hanji dengan setelan tuxedi hitam nya terlihat seperti pria namun dirinya seorang perempuan datang dengan sebuah senyuma hangat. Ia mengulurkan tangan meminta (name) untuk segera mengikutinya. Upacara pengucapan sumpah janji akan segera dimulai.
(Name) menghela nafas sebelum menyambut uluran tangan Hanji. Biarlah hari ini menjadi sejarah besar untuknya. Sebentar lagi ia akan menjadi milik Levi selamanya.
"Hanji. Aku gugup."
Hanji tersenyum manis bahkan ia terlihat tampan di mata (name) sungguh.
"Tenang saja (name) mereka tidak akan menggigit mu kok."
(Name) hanya mengangguk mengiyakan. Ucapan semangat dari Hanji berpengaruh besar padanya.
"Kau siap?"
Yang ditanya mengangguk. Ia sudah siap. Siap menghadapi sang pendeta, siap di sumpah menjadi istri orang dan siap segalanya.
Pernikahan sederhana ini hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat Levi saja. Pria itu sudah bekerja keras mematai seluruh anggotanya yang tengah menyamar. Bisa saja salah satu diantara mereka adalah anggota WQO seperti yang (name) dan Petra lakukan.
Tapi untuk (name) adalah pengecualian. Ia menginginkan diri gadis itu sedari dulu secara sah dan akan membasmi WQO bersamanya.
Di perjalanan menuju altar Levi telah berdiri tegap di depan sana. Ia tersenyum melihat calon istrinya yang berbalut gaun indah. (Name) menundukan kepala tak kuat menatap Levi.
"Pemberkatan akan segera dimulai." Ucap sang pendeta dengan penuh wibawa.
《♡○♡○♡○♡○♡○♡○》
Mimpi nyata ini masih tak dapat di percaya. Pria bertubuh pendek namun memilik paras tampan itu telah menjadi suami nya. Demi apa dia sudah menikah? Ibunya saja tidak mengetahui hal ini.
"Ada apa?" Tanya Levi seraya melepas setelan jas nya.
Pernikahan mereka sudah berlangsung dua minggu dan belum ada hal aneh terjadi pada mereka. Levi masih aman begitu pula dengan (name). Bersyukurlah bahwa (name) tidak mempermasalahkan rumah baru mereka ini. Biarpun lebih kecil dari pada sebelumnya, untuk (name) dan Levi masih terkesan luas.
(Name) menggeleng, "tidak ada. Aku hanya senang ketika melihat mu."
Levi menggulung lengan bajunya hingga ke siku. Mengambil laptop dari tas kerjanya lantas berniat kembali kerja.
(Name) melipat kakinya, meletakkan bantal sebagai penopang tubuhnya lantas menatap Levi yang fokus dengan laptopnya. Ia suka disaat saat seperti ini. Menurutnya Levi terlihat lebih tampan dua kali lipat dari sebelumnya ketika pria itu terdiam fokus seperti ini. Tanpa sadar pipinya merona merah.
"Lebih baik kau tidur dari pada menatap ku dengan tidak jelas seperti itu."
Rona wajahnya hilang digantikan dengan desisan sebal. Ia meletakkan bantal di atas kasur lantas merubah posisi terduduk menjadi terlentang. Lebih baik ia tidur, menunggu Levi hingga selesai dengan pekerjaan nya walau ia meragukan hal itu. Levi jika sudah memegang laptop tak akan ingat dunia aslinya.
Posisi tidurnya memunggungi Levi. Ia mendekap guling mencari pengganti Levi saat tidur. Matanya mulai terasa berat dan perlahan dirinya mulai terlelap nyenyak.
Levi yang sedari tadi menatap gadis itu hanya menghela nafas. Ia bangkit, menutupi tubuh (name), mengecup pipinya cukup lama lantas kembali melanjutkan pekerjaan nya. Oh..hampir terlupa ia menonaktifkan mode bergetar pada ponselnya agar jika ada panggilan masuk tak akan mengganggu tidur (name). Ia tau gadis itu lelah karena mengurusi rumah ini seorang diri.
Ia kembali memfokuskan diri pada laptop. Tiba-tiba sebuah iklan muncul di layar nya. Menampilkan seorang wanita hamil ditemani suaminya mungkin dan sekotak susu khusus wanita hamil. Seketika Levi tertarik pada iklan tersebut. Ia tak pernah berfikir hingga kesana, bagaimana jika (name) hamil seperti wanita ini dan ia kekurangan gizi karena pekerjaan Levi yang terlalu sering meninggalkan nya.
"Susu wanita hamil ya? Tapi dia belum hamil." Bisiknya bermonolog ria. Ia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menyadari ada yang aneh dari kalimatnya.
Wajahnya seketika memerah walau sedikit. Ia menutupinya dengan satu tangan seraya menghela nafas. Kejadian permainan kasur beberapa minggu yang lalu terbayang di benaknya. Ia jadi ingin melakukan nya lagi.
Di tolehkan nya kepalanya menatap punggung (name) dengan tatapan aneh. Terdapat beberapa penolakan di dalam dirinya akan tetapi terdapat juga dukungan untuk melakukan permainan kasur itu sekarang.
Fikiran nya tak jernih hanya karena sebuah iklan susu hamil ia jadi seperti ini.
"Aku butuh air."
Ia bangkit dan berjalan keluar menuju kamar. Selama pernikahan nya dengan Petra dulu ia tak pernah merasakan hawa nafsu sebesar ini pada wanita bersurai oranye itu. Datar malah, tak ada gairah untuk menjamah tubuhnya akan tetapi bila dengan (name) hawa nafsu itu memberontak ingin dipuaskan.
"Aku ingin memakan nya malam ini. Ditolak ataupun tidak bukan urusan ku."
Ia menutup pintu lemari es dengan keras lantas kembali berjalan menuju kamar (name) seraya membuka beberapa kancing kemejanya.
"Kita akan bersenang senang malam ini, mainan ku."
-Halimah2501-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! Remember It!
Romance"siapa kau bilang? aku tengah mematai mu? heh yang benar saja. Mana mungkin seorang jalang seperti ku memiliki niat seperti itu?" Pria menyebalkan itu hanya mendengus seraya menyeruput teh nya. "Aku hanya waspada." Aku membuang wajah kesal. Andai sa...