5. Calon Istri nya

2K 244 27
                                    

Levi merapihkan posisi dasi merahnya sementara aku hanya terdiam menunggu sembari memegang tas kerjanya.

"Ini." Serah ku setelah ia selesai pada dasinya.

"Aku pulang malam."

"Lewat dari jam dua belas?"

"Bisa lebih."

Aku khawatir sekaligus takut jika ia berkata seperti itu. Lewat dari jam dua belas malam dirumah seorang diri siapa sih yang tidak takut? Apalagi kau belum mengenal pasti lingkungan nya. Terlalu banyak ruangan disini belum di lantai atas.

Tangan Levi mendarat di kepala ku dan mengelusnya lembut.

"Kau takut kah?"

Aku terdiam memilih tak menjawab, membiarkan ia merangkum jawaban nya sendiri.

"Jika takut tetaplah di ruang tengah, nyalakan tv atau hubungi aku jika kau benar-benar sudah tidak kuat."

Mengapa ia mengucapkan nya dengan memasang ekspresi seperti itu? Apa benar ada hal aneh di rumah ini?

"Jangan memasang ekspresi seperti itu jika aku ingin berangkat faham?"

Aku mengangguk. Ucapan nya ada benarnya juga, jika aku membuatnya khawatir pastinya akan mengganggu konsentrasi nya saat bekerja nanti.

"Aku faham maafkan aku ya."

Sebuah ciuman mendarat di kening, cukup lama ia melakukan nya sampai akhirnya berhenti. Ia kembali mengelus ku sebelum pergi.

"Aku berangkat."

"Berhati-hatilah."

Ia mengangguk lantas menancapkan gas mobilnya.

Setelah memastikan ia benar-benar telah pergi barulah aku menutup pintu dan berniat membersihkan rumah.

"Apa aku boleh memasuki ruang kerja Levi?"

Terkadang aku teringat dengan tugas ku sebagai mata-mata. Jika aku melupakan tugas dan tidak melaporkan pada markas pusat maka aku akan dianggap telah mati dan tercoret dari daftar mata-mata.

"Baiklah maafkan aku Levi aku tetaplah seorang mata-mata."

Melihat ruang kerjanya yang terbuka aku segera masuk secara perlahan. Melihat setiap sudut, memeriksa bahwa tidak ada cctv di ruangan ini.

"Baiklah yang harus kulakukan adalah meretas jaringan nya dan menghubungkan nya dengan WQO."

Jantung ku berdegup kencang ketika menyentuh laptop milik nya, yang selalu ada di fikiran ku adalah permintaan maaf yang diucapkan berulang kali. Jika aku berhasil menghubungkan jaringan Levi pada WQO maka habis sudah riwayat Levi dan yang lain nya.

Tiba-tiba gerakan tangan ku pada keyboard laptop Levi terhenti seketika mengingat konsekuensi itu. Levi akan kehilangan orang-orang yang menurutnya sangat berharga begitu juga dengan ku, jika aku tetap melakukan nya maka aku akan kehilangan Levi untuk selamanya.

Aku kembali menutup laptop milik nya, membatalkan niat.

"Aku tidak tahu siapa disini yang jadi orang jahat sebenarnya akan tetapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil Levi dari ku, tidak akan pernah."

《♡◇♡◇♡◇♡◇♡◇》

Dari tadi aku merasa tidak nyaman di rumah ini, jam sudah menunjukan pukul sembilan malam dan ketidak nyamanan ini semakin menjadi. Aku sengaja memperbesar volume televisi untuk mengusir rasa takut.

Sudah lebih dari sepuluh kali aku menghubungi Levi akan tetapi pria itu tidak mengangkatnya sama sekali.

Aku menggigit jari, "Levi cepatlah pulang."

Mine! Remember It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang