Two: Organization

2.6K 321 12
                                    

Matahari telah menampilkan fisiknya dan sinarnya menyebabkan bumi bersinar terang. Aku menggeliat kecil guna merenggangkan beberapa otot-otot ku yang kaku.

Mata ku masih beradaptasi dengan cahaya matahari yang menyelinap masuk melaui celah-celah gorden. Aku berganti posisi terduduk dengan kedua kaki terjatuh menyentuh lantai yang dingin.

Sekelebat kejadian kemarin melintas di otak ku dengan tiba-tiba. Memikirkan nya saja sudah membuat wajah ku terasa hangat hingga ke telinga. Dan degup jantung ku semakin tidak karuan saat menyadari dirinya tengah tertidur pulas di sebelah ku. Persis di sebelah ku.

Biar pun ia tidak terlalu jauh melakukan nya-hanya sebatas mencium dan melumat. Tetap saja perbuatan nya itu membuat ku bertingkah tidak jelas.

Tidak menunggu ia bangun aku melangkah terlebih dulu ke kamar mandi. Ah...pakaian ku berserakan di lantai, dasar pria hidung belang.

"Ah...aku tidak menyangka ia melakukan hal seperti itu pada perempuan dengan mudah." Gerutu ku seraya memunguti pakaian.

Tidak ingin merasakan dingin terlalu lama aku segera meraih handuk yang telah ku sediakan dan beranjak bergegas ke kamar mandi. Sejauh ini Levi belum membuka matanya, bagus!

○●○●○●○

Aku berinisiatif membuatkan nya sarapan pagi, mungkin saja sejak kemarin ia makan sedikit mengingat tubuhnya yang terlihat lemah.

Aroma daging bakar dan telur mata sapi yang ku buat menyeruak hingga ke sudut sudut dapur, untung saja dapur ini memiliki tempat pembuangan asap jadi aku tidak perlu takut akan terbatuk batuk akibat asapnya yang mengepul tebal.

Dua buah sandwich plus daging untuknya dan telur untuk ku sudah jadi. Satu hal yang membuat ku sedari tadi dilema adalah minuman untuk nya, apa yang harus ku sajikan untuknya? Susu, kopi atau teh?

Ketika masih terbenam dalam fikiran sendiri tiba-tiba terdapat tangan kekar yang melingkari perut ku membuat ku tergelonjak kaget. Levi segera meletakkan dagu nya pada bahu ku dan rambutnya yang masih setengah basah sedikit menggelitik wajah. Ini geli.

"Tu-tuan, kau mengejutkan ku."

"Apa yang kau lakukan?" Tanya nya dengan mada datar.

Aku tetap fokus pada menu sarapan. Ah! Kebetulan ada dirinya. Akhirnya dilema ini berakhir sudah.

"Tuan, anda ingin diseduhkan apa? Kopi, teh atau susu?"

Bukan nya menjawab ia justru sedikit menjaili ku. Bibirnya mendarat tepat di leher dan memberikan kecupan ringan disana.

"Tuan ayolah...ini masih pagi."

Ia berhenti sejenak, "justru ini masih pagi aku masih memiliki banyak tenaga untuk melakukan nya."

Dengan terpaksa aku mencoba melepaskan lingkaran tangan jahilnya dan ia hanya berdecih sebagai respon. Aku tersenyum kecil, sangat menggemaskan.

"Teh."

"Maaf?"

Ia menatap ku tajam. "Aku ingin teh tanpa gula. Cepat."

Tidak harus diperimtah dua kali aku segera membuat nya dengan cekatan.

"Siap!"

Gila. Ini pagi yang sangat sangat aneh sekaligus menyeramkan. Menikmati pagi hari bersama si bandar narkoba terbesar, penjualan senjata gelap tersukses dan si pembunuh bayaran yang memiliki banyak anak buah. Sejujurnya aku sedikit merinding saat tadi tak sengaja melintasi ruang kerjanya yang pintunya sedikit terbuka.

Mine! Remember It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang