Malam datang mengubah atmosfer bumi menjadi lebih rendah.
Pemimpin perusahaan gelap itu merapatkan jaket, menghalau hawa dingin yang masuk melalui jendela terbuka. Ia berniat menutup nya akan tetapi istrinya itu bilang sedang ingin menghirup udara segar.
Sudah seminggu ini wanita itu berbicara hanya seadanya. Saat Levi bertanya barulah wanita itu membuka suara.
Wanitanya hilang ingatan itu yang dikatakan Hanji.
Hal yang paling ia takutkan dulu adalah ia gagal menjalankan misi akan tetapi sekarang semakin ia dewasa semakin berubah rasa takutnya akan sesuatu. Ia takut (name) pergi dari nya.
Baik, sekarang memang wanita itu tidak pergi kemanapun bahkan dirinya sedang terduduk di atas kasur seraya menggendong seorang bayi perempuan imut. Akan tetapi (name) yang tidak mengingat dirinya menjadi sebuah ketakutan dan kecemasan baru yang sangat berarti.
"Tidur lah." Levi memecah keheningan malam dengan suara agak di pelankan. Ia melirik bayi dalam dekapan (name) dengan tatapan datar namun penuh arti.
Istrinya menoleh menatap dirinya dari rembulan malam. Tak ada senyum hanya ada raut wajah bingung dan penuh keraguan. Ia menatap Levi dengan sedikit takut dan malu. Wajar untuk ukuran seseorang yang amnesia.
"Saya belum mengantuk tuan."
Levi menghela nafas pelan bahkan hampir tak terdengar. Caranya (name) berbicara formal seperti itu membuat perasaan nya semakin gundah gelanah. Ia tidak nyaman berada di situasi seperti ini.
"Berhenti berbicara formal pada ku. Cukup gunakan bahasa santai."
Yang diajak bicara terdiam sejenak mungkin tengah memikirkan ucapan untuk menjawab kalimatnya.
"Tapi anda yang menyelamatkan saya bukan? Anda bilang saya di tahan oleh seseorang. Di bawa lari kesini bersama dengan bayi ini..." (Name) menunduk menatap bayi perempuan yang bahkan ia ragu apakah bayi itu benar-benar anak nya atau bukan.
"...yang bahkan saya ragu kalau ini bayi ku." Lanjutnya dengan suara mencicit di akhir kalimat. Ia menunduk tak berniat menatap Levi dirinya lebih tertarik menatap bayi perempuan dalam dekapan nya tersebut. Mencoba mencari kemiripan fisik yang dimilikinya.
Hatinya jengah secara perlahan. Levi mulai jengah dengan ini semua. Ia tak bisa menyalahkan siapapun sekarang akan tetapi fikiran nya terus berkecamuk ingin memaksakan penjelasan nya pada (name) agar wanita itu faham.
"Itu anak mu dan juga anak ku sudah pernah ku katakan sebelumnya bukan?" Ucapnya dengan nada penuh penekanan di setiap suku kata.
"Saya belum bisa mempercayai nya tanpa buk-"
"Kau ingin tes DNA sekarang? Aku bisa kabulkan agar kau percaya." Selak Levi dengan nada bicara sedikit tinggi. Nafasnya memburu mengatur emosi. Keningnya berkerut menahan amarah. Ia sudah tak tahan dengan ucapan keraguan wanita nya tersebut.
Keraguan dan kebingungan yang melanda dirinya tak bisa membuat Levi bersabar atau mungkin hanya pria itu saja yang memang emosional? Kedua tangan kekar itu menggenggam erat tangan mungil di hadapan nya. Meremas nya pelan memberikan kehangatan. Levi berusaha menurunkan emosi kembali ke sikap semula. Istrinya menunduk masih tak berani menatap pria di hadapan nya.
"Maaf. Istirahatlah besok akan ku bantu kau mengingat semua memori yang hilang." Levi melepaskan genggaman nya. Mencium kening istrinya dan juga bayinya dengan lembut sebelum beranjak pergi meninggalkan kamar. Ia masih segan untuk tidur satu ranjang bersama, kecanggungan itu terasa semakin mencengkam jika dirinya terjebak dalam insom.
Ia menghela nafas di ambang pintu. Meraih kenopnya kemudian pergi tanpa melihat ke belakang lagi.
《♡●♡●♡●♡●♡●》
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! Remember It!
Romance"siapa kau bilang? aku tengah mematai mu? heh yang benar saja. Mana mungkin seorang jalang seperti ku memiliki niat seperti itu?" Pria menyebalkan itu hanya mendengus seraya menyeruput teh nya. "Aku hanya waspada." Aku membuang wajah kesal. Andai sa...