Sinar matahari mengusik tidur nya ia pun terpaksa bangun dibuatnya. Ia menoleh pada seseorang yang tertidur disebelahnya, dengan jengkel ia melalui nya begitu saja dengan kasar. Tak peduli apakah nanti ia terbangun apa tidak.
(Name) mengikat rambut panjangnya dan segera membilas diri ke kamar mandi tak tau bahwa seseorang telah terbangun karena ulahnya.
《♡■♡■♡■♡■♡■》
Dirinya tersentak ketika suara berat nan sedikit menggoda memanggil namanya dengan alasan rasa jengkel yang masih menggelayuti hatinya ia memilih untuk mengabaikan nya hari ini dan seterusnya.
"Aku kerja..."
Dalam hati (name) ber'yes'ria dan menyusun beberapa rencana untuk kembali kabur darinya.
"...disini."
Seketika dunia terasa tengah mempermainkan dirinya. Gerakan tangan (name) yang tengah memotong daging pun terhenti karenanya. Mulutnya kaku, ragu ingin bertanya akan tetapi sangat gengsi untuk melakukan nya.
Pada akhirnya ia memilih diam dan membiarkan Levi memberitahu padanya sendiri.
"Kau buat teh?"
"Buat saja sendiri jika kau masih memiliki anggota tubuh yang lengkap."
Mendengar jawaban dingin seperti itu membuat Levi menarik ujung bibirnya. Niat ingin menggodanya pun muncul. Levi berdiri, berjalan mendekatinya.
"Perempuan tidak cocok berbicara dingin seperti itu kau tahu?"
"Pergilah Levi kau tidak lihat aku sedang apa?"
"Masak."
"Kalau begitu pergi sana." Ucapnya tambah kesal.
"Ada syaratnya."
(Name) memutar bola mata jengah. Ia menghela nafas guna menekan amarahnya yang hampir memuncak.
Ia memutar tubuh menghadap Levi yang tepat berdiri dibelakangnya, membuat hidung mereka bergesekan.(Name) menahan nafas. Menatap tepat pada mata keabuan nya. Alisnya tertekuk wajahnya cemberut sekaligus penasaran membuat Levi tak tahan ingin mencubit nya namun untuk sekarang ia menahan hal tersebut demi harga diri.
"Berikan ciuman terbaik mu maka aku akan diam dan pergi dari dapur ini."
"Oh ku kira kau akan pergi dari rumah ini."
"Ini milik ku."
"Ya..ya..kau benar."
Tangan Levi mendarat di belakang kepalanya, "lakukan apa tidak?"
"Jika aku menolak bagaimana?"
"Aku tidak terima penolakan apapun."
(Name) mendengus sebal. Ia benar-benar tidak sudi melakukan nya, sedikit jijik malah. Dengan kesal ia membalikkan tubuh mengabaikan pembunuh bayaran tersebut. Sementara yang diabaikan hanya terdiam tak percaya dengan sikap mu.
Kedua tangan nya bertengger pada pinggiran meja washtafel mengurung tubuh (name).
"Pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! Remember It!
Romance"siapa kau bilang? aku tengah mematai mu? heh yang benar saja. Mana mungkin seorang jalang seperti ku memiliki niat seperti itu?" Pria menyebalkan itu hanya mendengus seraya menyeruput teh nya. "Aku hanya waspada." Aku membuang wajah kesal. Andai sa...