Nafas Levi menderu cepat ketika setiap tendangan menghantam wajah tampan nya. Sepatu pantofel itu sudah puluhan kali mengotori wajahnya, meninggalkan luka lebam darah darah segar yang terus mengalir disana. Bukan hanya wajah, seluruh tubuhnya juga dijadikan sarang tendangan. Ia terlihat bagaikan samsak hidup sekarang ini.
Rambut undercute nya kembali di tarik paksa untuk menatap pria yang selama tiga hari belakangan ini melakukan tindak kekerasan tersebut. Tubuhnya gempal, guratan wajahnya kasar serta nada bicaranya yang tidak terkesan ramah.
"Kau sembunyikan dimana koordinat kodenya dasar sampah?!"
Levi terkekeh dengan nafas terengah. Ia menatap balik manik pria gempal tersebut.
"Heh...kau bertanya pada sampah? Mana bisa sampah menjawab pertanyaan menusi-ugh!"
Sebuah tendangan menghantam perutnya membuat ia kembali memuntahkan darah dari mulutnya.
Levi bersimpuh diatas keramik dingin. Ia masih bertahan menurutnya semua tendangan tadi belum ada apa-apanya.
Pria bertubuh gempal itu lantas menoleh ke rekan nya dan melapor bahwa ia hari ini tidak bisa mengorek satu informasi pun dari seorang Levi Ackerman. Rekan nya itu menganggu kemudian pergi untuk melapor ke atasan nya.
"Seperti nya kekerasan secara fisik bukan tipe mu ya tuan Ackerman."
"Ha?"
《♤●♤●♤●♤●♤●♤●》
Gadis itu kembali merasakan sakit di perutnya ketika sebuah tendangan melayang tepat mengenainya. Darah segar keluar dari mulutnya membuat ia lemas seketika. Nafasnya memburu cepat, ia tak dapat mengangkat tubuhnya lagi, pakaian nya sudah jauh dari kata sempurna. Robek di banyak tempat menampilkan kulit putihnya yang mulus. Rambut panjangnya terurai berantakan membuat ia terlihat seperti sadako saat ini.
"Cepat katakan alasan mu mengkhianati kami nona (name)."
Yang di tanya tak menjawab justru menangis. Entah karena alasan apa intinya ingin menangisi takdirnya hari ini.
Annie yang jengah dengan sifatnya lantas menarik rambut panjangnya untuk memaksanya menatap dirinya.
"Apa sekarang kau menyesali keputusan mu?!"
"Annie, nyalakan monitornya dan hubungkan rekaman mu dengan rekaman sel Levi."
Hanya satu kali perintah gadis bersurai pirang itu segera melaksanakan nya. Ia melepaskan cengkeraman pada rambut (name) dan berjalan kearah layar monitor. Mengaturnya sedemikian rupa hingga menyala.
"Halo tuan Ackerman lama tidak bertemu. Ada apa dengan wajah mu? Tapi biarpun begitu wajah mu tetap terlihat tampan bahkan lebih tampan dari sebelumnya kok. Iyakan (name)?"
Annie menyingkir dari layar monitor dan sengaja mengarahkan kameranya kearah (name). Yang diajak bicara tak bergerak sama sekali. Gadis itu menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya dan berhasil membuat Levi khawatir bukan main.
"Saatnya eksekusi." Ucap pria bertubuh gempal diruangan Levi.
《♡○♡○♡○♡○♡○♡》
"AAAAAAA!!!!"
Sudah puluhan kali gadis itu berteriak ketika sebuah pemotong kuku mencabuti setiap kukunya jika ia tidak menjawab pertanyaan. Suaranya hampir serak, air matanya mengalir deras, darah segar bercucuran mengotori lantai sel. Levi di seberang monitor sana meneriaki (name) untuk menjawab saja bahkan ia memaki perbuatan (name) yang terkesan percuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! Remember It!
Romance"siapa kau bilang? aku tengah mematai mu? heh yang benar saja. Mana mungkin seorang jalang seperti ku memiliki niat seperti itu?" Pria menyebalkan itu hanya mendengus seraya menyeruput teh nya. "Aku hanya waspada." Aku membuang wajah kesal. Andai sa...