Levi menyuruh supir taksi itu menambah kecepatan lajunya bilang bahwa ada nyawa yang harus ia selamatkan alhasil sang supir menurut dan segera menancapkan gasnya penuh.
Erwin mengelus dada sabar sementara tiga teman lain nya hanya menghela nafas memaklumi.
"Dia lebih mencintai (name) dari pada Petra aku bahkan bingung siapa calon istrinya yang sebenarnya." Bisik Armin di belakang.
《■♤■♤■♤■♤■♤》
Aku menatap ponsel ku yang tergeletak jauh disana. Tubuh ku terikat tergeletak diatas lantai dingin serta mulut yang dibekap rapat oleh tali.
Seorang pria bertumbuh gempal tinggi meraih ponsel ku dan melihat nama si penelfon. Senyum nya tertarik lebar. Ia menatap menatap kearah ku. Jarinya bergerak diatas layarnya, mengangkat panggilan. Ia sengaja mengaktifkan mode loudspeaker agar aku dapat mendengarnya.
"(Name) kau dimana? Kau masih di hotel?" Itu suara Levi. Aku berteriak tertahan memanggil namanya namun seberapa besar usaha yang ku coba suara ku tak sampai padanya.
"Levi Ackerman apa aku benar?" Tanya pria bertubuh gempal itu membuat Levi mendengus marah.
"Siapa?" Tanyanya dingin.
"Pertanyaan dijawab dengan sebuah pertanyaan, tidak sopan."
Levi mendengus, "jawab saja."
"Jadi nama gadis ini (name) ya? Pintar juga kau memilih gadis, Ackerman." Pria bertubuh gempal itu berjalan mendekat seraya meletakkan ponsel diatas meja.
Ia mengangkat tubuh ku yang bisa dibilang tidak lagi tertutup sehelai benang untuk disandarkan pada dinding. Sengaja ia membuka lebar kaki ku hingga menampakan alat vital milik ku. Aku berusaha menutupi nya namun pria ini dapat menahan nya dengan kuat. Tanpa sadar air mata ku turun, aku berteriak tertahan memanggil Levi.
"Tenanglah nona aku hanya akan bermain main sebentar dengan mu jadi persiapkan diri mu ya."
"Bangsat!" Umpat Levi diseberang sana.
Kedua mata ku terbelalak ketika kurasakan beberapa jari tangan nya bermain di alat vital ku. Mengelus serta memasukkan bermain disana. Air mata ku kembali keluar, sementara Levi berteriak kasar serta mengumpat akan menembak kepalanya.
Jangan hanya bicara cepat bergerak dasar cebol!
Pria bajingan ini tetap santai melakukan nya. Batin ku berteriak menolak semua kenikmatan ini akan tetapi tubuh ku berkata lain. Kedua kaki ku berhasil menendang dagunya membuat ia tersungkur ke lantai. Kesempatan ini ku gunakan untuk berdiri mendekati telepon.
Aku berteriak tertahan memanggil nama Levi.
"Kau itu?"
Selagi ia berbicara fikiran ku fokus pada tali yang tengah ku coba untuk dilepas. Sial! Pria bajingan itu benar-benar kencang mengikat nya!
DUAGH!
Karena terlalu fokus pada tali membuat ku tak menyadari kehadiran pria bajingan ini. Ia menendang pinggang ku keras membuat ku terpental beberapa meter.
Tali yang mengikat di tangan ku terlepas dengan begini akan mudah kedepan nya.
Aku melepas kain yang membekap mulut ku dengan kasar kemudian melepaskan tali yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! Remember It!
Romance"siapa kau bilang? aku tengah mematai mu? heh yang benar saja. Mana mungkin seorang jalang seperti ku memiliki niat seperti itu?" Pria menyebalkan itu hanya mendengus seraya menyeruput teh nya. "Aku hanya waspada." Aku membuang wajah kesal. Andai sa...