Peluru di lepaskan, melubangi dinding apartemen nya. Levi yang panik sekaligus marah tanpa menggunakan pikiran ia lepas salah satu granat dan melemparnya ke arah musuh. Digendongnya (name) yang tengah panik pada punggungnya. Pertanyaan wanita itu soal apa yang tengah terjadi diabaikan nya. Ia memilih diam dan berkonsentrasi melarikan diri. Putrinya sudah aman di bawah kendali Hanji. Anak buah nya juga sudah hampir sampai dermaga hanya tinggal dirinya dan (name) yang masih menetap di apartemen.
Levi mendesis pelan ketika beberapa musuh menghadang memblokir jalan nya.
"(Name) kau punya pistol kan?" Tanya Levi setengah berteriak.
"I-iya kenapa?"
"Berikan pada ku."
Setelah memberikan pistol Levi berkelit gesit menghindari kecepatan peluru yang menghujani dirinya. (Name) di perintahkan untuk menutup mata jika takut. Memanfaatkan tubuh yang kecil membuatnya berhasil keluar apartemen dengan selamat.
Di jalan raya ia menghentikan taksi dan menyuruh sang supir ke dermaga dalam kecepatan maksimal. Awalnya menolak namun Levi segera mengancam sang supir dengan menempelkan mulut pistol pada kening pria paruh baya tersebut. Siapa yang tidak takut di ancam seperti itu?
Sang supir menginjak pedal gas lalu pergi ke dermaga yang Levi perintahkan.
Di belakang sana beberapa sedan hitam mengejar mobilnya, membuat ia geram tertahan.
"Lebih cepat!"
"Ini sudah maksimal pak."
Levi kembali menempelkan mulut pistol pada kening pria paruh baya tersebut.
"Kau ingin di lubangi dari samping atau belakang? Ada yang mengejar kita cepatlah! Atau kepala belakang mu terlubangi karena mereka!"
Sontak sang supir menambah kecepatan laju mobilnya lagi dan berhasil kabur dari pengejaran sedan hitam. Levi bisa bernafas sedikit lega.
Ia menoleh menatap (name) yang kini tengah bergetar takut bukan main. Levi memeluknya dalam dekapan, mengatakan semua akan selamat dan baik-baik saja.《♡●♡●♡●♡●♡●》
"Kita kemana? Pulang?" Tanya Hanji saat Levi datang.
"Tidak mungkin rumah mu sudah di kepung pastinya." Erwin turut memberi asumsi.
Mikasa menemani (name) beristirahat di kabin kapal bersama bayinya. Sedari tadi gadis yang berstatus keponakan Levi itu tidak henti henti nya tersenyum menatap keimutan putri (name). Ketika menggeliat kecil atau menangis kecil menurut Mikasa semua itu sangat menggemaskan. Tanpa sadar ia memegangi perut ratanya seraya mengkhayal kan beberapa kemungkinan jika ia hamil nanti.
"Terimakasih Mikasa."
Dirinya tersadar dari lamunan dan ia segera bersikap biasa.
"Sama-sama nona."
Senyum rapuh itu tergores di wajah cantik (name). Wajahnya sayu serta pucat.
"Panggil nama saja."
"Ba-baik no-(name)"
Sebuah anggukan kecil di berikan sebagai respon.
"Kau bisa pergi sebentar? Aku ingin memberi Aline asi."
Mikasa terdiam sejenak mengerjapkan mata tanda tak faham namun beberapa detik kemudian ia hanya menurut dan pergi. Di laporkan nya pada Levi soal sebuah nama yang tadi (name) sebutkan. Ia ingat kalau paman nya belum memberikan nama pada adik sepupu nya tersebut dan ini sebuah kabar bahagia.
"Aline ya." Gumam nya seraya menelusuri lorong kabin kapal.
《♤●♤●♤●♤●♤●♤●》
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine! Remember It!
Romance"siapa kau bilang? aku tengah mematai mu? heh yang benar saja. Mana mungkin seorang jalang seperti ku memiliki niat seperti itu?" Pria menyebalkan itu hanya mendengus seraya menyeruput teh nya. "Aku hanya waspada." Aku membuang wajah kesal. Andai sa...