Ucapanmu adalah do'a mu
Jadi berhati-hatilah dengan tutur katamu.
Segalanya yang kamu ucapkan, bisa saja menjadi kenyataan.●♡♡♡●
Pagi ini di aula SMA Galaksi sudah berkumpul beberapa siswa dan guru, yang akan menyaksikan seleksi olimpiade matematika, yang nanti akan mewakilkan sekolah ke tingkat kabupaten/kota.
Untuk SMA Galaksi, pihak sekolah hanya akan mengirimkan satu perwakilan siswa saja dalam olimpiade matematika ini.
Dan di atas panggung aula, sudah terlihat 3 orang siswa yang berdiri di belakang mimbar, dengan mikrofon, alat tulis, dan pemencet bel di atasnya.
"Naya!!"
"Naya!!"
"Nayaa!!"
Soran soranda pendukung Naya pun memenuhi aula.
"Ishh, berisik banget sih mereka!" gerutu Cici yang sudah duduk di barisan kursi paling depan, dengan kipas yang selalu ia bawa.
"Apaan sih Ci. Mereka kan mau ngedukung Naya!" balas Ivy yang duduk di sebelah Cici.
"Ya, tapi nggak usah pake teriak-teriak gitu juga kali! Biasa aja ngedukungnya!" Cici mencebikkan bibirnya kesal, sambil menatap tidak suka para pendukung Naya.
"Lo iri?" pertanyaan dari Ivy langsung membuat Cici menatapnya.
"Apaan sih? Ya nggak lah!" sergahnya cepat.
Ivy yang mendengarkan jawaban dari Cici pun tidak acuh. Dan memilih beralih menatap kearah Naya yang terlihat santai, di atas panggung aula sana.
"Naya!! Semangaatt!!!" teriak Ivy.
Naya yang mendengarnya langsung memberikan senyuman kepada Ivy.
Tak mau kalah dengan pendukung Naya. Pendukung dari Juna pun juga memberikan semangatnya untuk sang idola.
"Junaa!!"
"Semangat Juna!!"
"Semangat, Jun!!!" Teriakan dari seseorang itu, sukses membuat Cici langsung menutup telinga sebelah kanannya.
Kemudian ia mengalihkan pandangan kearah kanannya. Matanya membulat seketika saat melihat siapa yang sudah duduk di sebelahnya, dan yang berteriak tadi. "Beni!! Lo ngapain duduk di sini?"
"Gue mau dukung Juna lah," jawab Beni dengan santai, dengan tatapan fokus ke Juna
Hachim, hachim,
"Tuh kan gue bersin-bersin," ujar Cici, sambil menutup hidungnya agar bersinnya berhenti.
"Juh-jauh deh lo dari gue! Lo bawa debu tau!" lanjutnya, sambil mengibaskan kipasnya kearah wajah Beni.
Ivy yang melihat itu tak henti-hentinya menahan tawa, apalagi melihat ekspresi wajah Beni yang risih karena kipas Cici.
"Ci! Ci stop Ci!" Beni berusaha melindungi wajahnya agar tidak terkena kipas Cici.
"Aduh Cici, udah dong!" lanjutnya, dan langsung membuat Cici menghentikan aktivitasnya.
"Makanya mandi, biar bersih, biar nggak debuan!" sindir Cici dan langsung membuang muka dari Beni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✔
Teen FictionBerawal dari menganggap musuh seorang Arjuna Raga Admaja, membuat Renaya Alani Salim terus ingin mengalahkan laki-laki itu apapun dan bagaimanapun caranya. Juna hanya bisa mengikuti permainan yang dimainkan oleh Naya. Gadis yang ia anggap sangat cer...