|28| • Hai, Jun!

11.2K 781 133
                                    

Menyapanya saja, sudah membuat pipiku merona ^_^




Playlist : Haruskah ku mati - Ada Band, cover by Anda Khalida


●♡♡♡●




Langit cerah pagi ini membuat siapa saja akan ikut merasakan keceriaannya.

Pagi ini, sebagian siswa SMA Galaksi sudah memenuhi sekolah. Karena memang waktu sudah menunjukkan pukul 06.40 WIB.

Naya terlihat berjalan menyusuri koridor yang akan membawanya menuju kelasnya, XI IPA 1. Setelah kejadian kecelakaan itu, Eza melarang adik bungsunya ini mengendarai mobil sendiri. Jadilah, Vano yang dimintai tolong untuk selalu mengantar-jemput Naya.

Gadis yang menyematkan nama Salim di belakangnya itu nampak tersenyum seri. Sama seperti langit pagi yang menyambut hangat kepada penduduk bumi.

Naya terlihat berjalan penuh semangat untuk segera sampai ke kelasnya. Entahlah, pagi ini gadis itu sangat bersemangat. Apa mungkin karena ingin menemui... Ah, mungkin tidak!

Di belokan ujung koridor yang menghubungkan parkiran dengan koridor kelas XI. Naya menghentikan langkahnya, saat seorang siswa yang muncul secara tiba-tiba.

"Juna," gumam Naya, membuat siswa itu menengok kearahnya.

Juna. Laki-laki itu tersenyum hangat kepada Naya. "Hai, Nay."

Naya mengangkat tangan kanannya, membalas sapaan Juna. "Hai, Jun. Pagi," ucapnya, tersenyum. Pandangan matanya tak lepas dari mata coklat Juna.

Juna mengangkat sebelah alisnya, kemudian tersenyum lebar. "Pagi juga. Mau ke kelas?"

Naya mengangguk.

"Mau bareng?" tawar Juna. Membuat Naya menggeleng.

"Nggak usah. Lo, duluan aja," jawab Naya, dengan masih menatap manik mata Juna, tak berkedip.

Juna sedikit merasa aneh dengan sikap Naya pagi ini. Nampak berbeda dari biasanya. Menatapnya tak berkedip. Tersenyum ramah. Menyapanya. Mengucapkan kata 'pagi'. Hal itu membuat jantung Juna sedikit memompa dengan cepat.

Juna mengangguk pelan. "Oke. Kalo gitu, gue duluan ya."

Naya mengangguk cepat. Senyumnya masih belum hilang dari bibirnya.

"Hati-hati, Jun." Perkataannya, membuat Juna yang sudah melangkah, membalikkan badannya dan kembali menatap aneh Naya. Kemudian ia mengangguk mengiyakan perkataan gadis itu, dan tersenyum lebar.

Setelah melihat Juna mulai menjauh, Naya langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tersenyum lebar, sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya ampun! Senyumnya bikin gue diabetes!" ucapnya dalam hati.

Beberapa saat kemudian, Naya merasakan sebuah tangan yang berada di atas pundaknya.

"Hai, Jun. Pagi. Heol!" Sebuah suara menirukan gaya bicaranya tadi kepada Juna. Naya membuka tangannya, menengok kearah kanan, dan mendapati Ivy yang tengah tersenyum menggodanya.

Naya menjauhkan tangan Ivy dari pundaknya, kemudian memasang wajah kesalnya.

"Ivy! Bikin kaget aja!" semprot Naya pada Ivy.

Ivy terkekeh.

"Hai, Nay. Pagi," sapa Ivy dengan masih menirukan gaya bicara Naya tadi.

Naya membulatkan kedua matanya. Ivy mendekat, kemudian mengalungkan tangannya ke pundak sahabatnya itu.

Infinity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang