|9| • Terungkap! Cici Menceritakan Semuanya

15K 1.2K 102
                                    

Seorang musuh yang jujur lebih baik daripada seorang teman yang berbohong


●♡♡♡●


Dua orang pria yang satu mengenakan setelan jas putih ala dokter, dan yang satu lagi mengenakan seragam polisi lengkap, di tambah satu orang wanita cantik berjilbab, terlihat duduk di sebuah ruangan bernuansa serba putih.

Helaan napas dari Eza sempat terdengar, sebelum akhirnya ia angkat bicara, "jadi gimana sama pendonor mata untuk Naya, Frans? Udah ada?"

"Maaf Za, gue belum dapat pendonor mata yang cocok," jawab laki-laki berpakaian jas dokter itu.

Lagi, helaan napas itu terdengar lagi. Namun kali ini terlihat seperti helaan napas pasrah bercampur khawatir.

Mila yang melihat sang suami seperti itu pun dengan segera mengusap lengan kekarnya. "Sabar ya. Kita pasti nemuin pendonor mata yang pas untuk Naya."

Eza menatap manik mata Mila setelah sang istri menguatkannya. Sesaat setelah itu, ia langsung mengangguk pasrah.

Setelah bertemu dengan teman SMAnya, Mila di jemput oleh Eza dan kemudian diajaknya untuk bertemu dengan Frans di rumah sakit, di mana Frans bekerja.

"Lo tenang aja, gue bakal berusaha semampu gue."

Eza mengalihkan pandangannya kearah Frans.

"Gue bakal bantu Naya biar dia bisa melihat lagi," lanjut Frans.

Eza mengangguk. "Thanks, bro."

●♡♡♡●

Canggung. Satu kata itu mungkin sangat pas untuk di gambarkan pada situasi Naya dan Juna saat ini.

Ya, setelah Naya meluapkan emosinya di pelukan Juna tadi. Laki-laki berpostur tinggi itu kemudian mendudukkan Naya di tempat tidur, dan ia berdiri di depannya.

Setelah sempat hening sesaat, Naya akhirnya membuka suaranya. "Mereka benar, Jun. Mungkin ini karma buat gue!"

Juna bisa mendengar apa yang diucapkan oleh gadis di depannya itu.

"Lo nggak boleh ngomong kayak gitu."

Naya mendongak. "Kenapa? Emang bener, kan? Setelah kecelakaan itu, gue jadi kehilangan penglihatan gue. Hidup gue terpuruk, gue jadi kesepian," ujar Naya, dengan raut wajah yang terlihat datar, namun semua juga akan tahu jika hatinya tengah menahan sakit yang luar biasa.

"Dan tadi siang, gue baru aja kehilangan salah satu sahabat gue. Mungkin nanti, Ivy juga bakal ninggalin gue," lanjutnya, memejamkan matanya. Berharap hal itu tidak akan terjadi.

Semoga Ivy tidak akan seperti Cici, itu harapan Naya saat ini.

"Lo nggak kesepian, Nay. Karena," Juna menggantungkan perkataannya.

"Karena lo, lo," Laki-laki itu kesusahan untuk melanjutkan ucapannya, "lo masih punya gue," lanjutnya dengan nada yang pelan, namun masih bisa di dengar dengan baik oleh Naya.

Naya memberikan senyum smirknya. "Lo cuma simpatik Jun sama gue. Lihat aja nanti kali gue bisa lihat lagi. Palingan lo langsung ninggalin gue, terus balik lagi ke Juna yang dulu."

Juna terdiam mendengarnya. Apa yang di ucapkan oleh Naya barusan, sedikit mengusik pikirannya.

●♡♡♡●

Infinity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang