Melihatmu berubah menjadi seorang yang pendiam
Membuatku sedikit merasakan kekhawatiran yang mendalamSifat sombong dan angkuhmu yang selalu ku lihat
Kini hilang sejak masalahmu datang
Aku merindukanmu yang dulu.
●♡♡♡●
Langit yang awalnya terlihat cerah, kini sudah berubah menjadi gelap. Hujan deras sudah mengguyur kota Jakarta selama satu jam lamanya. Namun sampai sekarang, langit itu masih juga belum memberikan tanda-tanda bahwa hujan akan mereda.
Dua insan yang berada di dalam mobil mewah hitam itu saling terdiam lagi. Hanya suara rintikan hujan deraslah yang menemani keheningan mereka.
Juna memberhentikan mobilnya ketika lampu lalulintas berubah menjadi warna merah. Sesekali ia juga melirik kearah Naya yang kembali terdiam lagi setelah pertemuannya dengan Cici tadi.
Saat lampu berubah menjadi warna hijau, dengan segera Juna menancapkan gas mobilnya dengan sedang melaju di jalanan Ibu Kota yang sedikit lengang.
Jam-jam sore seperti ini memang tidak terlalu banyak kendaraan yang turun ke jalan. Apalagi dengan cuaca yang hujan deras seperti ini.
Saat Juna kembali melirik kearah Naya yang masih saja terdiam, tidak membuka mulutnya sama sekali itu. Ia sedikit terkejut ketika mendapati benda merah kental keluar dari lubang hidungnya.
Dengan segera ia menepikan mobilnya di jalan, yang sebentar lagi akan sampai di komplek perumahan mereka.
"Nay, lo mimisan!" cemas Juna, menatap kearah Naya.
Naya tersentak saat mendengar ucapan dari Juna. Detik itu juga, ia langsung memegangi hidungnya dan dapat merasakan sebuah lendir di sana.
Juna mengambil beberapa tissue di dashboard mobilnya. Ia juga langsung menutup hidung Naya dengan tissue yang di ambilnya tadi.
Naya memegangi tangan Juna yang masih menutupi hidungnya dengan tisusue. Saat itu juga ia langsung menengadahkan kepalanya, agar aliran darah itu berhenti menetes.
Juna yang melihat itu pun langsung menahannya. Kemudian ia menundukkan kepala gadis itu.
"Jangan lihat ke atas! Harusnya lo nunduk, biar darahnya keluar," kata Juna.
Naya hanya diam dan menuruti perkataan laki-laki itu.
Juna mulai khawatir ketika mimisan itu tak kunjung berhenti.
"Kenapa masih ada sih darahnya!" gumam Juna kembali mengambil beberapa lembar tissue, dan tangan satunya yang masih ia gunakan untuk menutupi hidung Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✔
Teen FictionBerawal dari menganggap musuh seorang Arjuna Raga Admaja, membuat Renaya Alani Salim terus ingin mengalahkan laki-laki itu apapun dan bagaimanapun caranya. Juna hanya bisa mengikuti permainan yang dimainkan oleh Naya. Gadis yang ia anggap sangat cer...