Karena takut mengatakan 'Tidak', apakah harus mengatakan 'Iya?'
●♡♡♡●
Pagi ini, seperti biasa Juna berangkat bersama Naya. Dua insan itu tengah menyusuri koridor untuk menuju kelas. Raut wajah laki-laki itu terlihat berbeda dari biasanya. Pikirannya kalut ke mana-mana.
Saat berada di belokan koridor, tanpa sengaja Juna menabrak siswa laki-laki yang tengah berjalan lurus."Woy, liat-liat dong kalo jalan!" tegur siswa itu.
Naya tersentak kaget mendengarnya. Sedangkan Juna langsung tersadar dari lamunannya.
"Jun," ucap Naya, memegang lengan Juna.
"Sorry, gue nggak sengaja," ucap Juna, menatap sorot tajam mata siswa itu.
"Pagi-pagi bikin emosi aja!" balas siswa itu tajam, dan langsung pergi begitu saja.
"Lo ngalamun ya?" tanya Naya dengan sedikit khawatir.
Juna masih terdiam. Namun tatapannya melirik kearah gadis yang masih memegangi lengannya itu.
"Iya, Papa akan menjodohkan kamu dengan Cici."
"Karena cuma keluarga Cici yang bisa bantu perusahaan kita, Juna!"
"Besok malam, kita akan makan malam dengan keluarga Auditaria, untuk membahas lebih lanjut hubungan kamu dengan Cici."
"Mamah harap kamu nggak menolaknya sayang."
Perkataan dari Surya dan Lisa semalam, masih terngiang dengan jelas di pikiran Juna.
Dijodohkan dengan Cici? Bahkan untuk berpacaran dengan gadis itu saja, Juna tidak pernah membayangkannya.
"Jun!" Lagi, perkataan Naya membuyarkan lamunan Juna.
Laki-laki itu mengerjapkan matanya berulang kali. "I-iya. Kenapa, Nay?"
"Tuh kan bener lo ngalamun. Ngalamunin apa sih?"
Juna menggeleng pelan. "Nggak, nggak papa kok. Udah, ayo kelas." Ajaknya, dan kembali menggandeng tangan Naya menuju kelas XI IPA 1.
●♡♡♡●
Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Semua siswa langsung mengarahkan kakinya menuju ke kantin, untuk menetralkan pikiran karena lelah berpikir.
"Nay, ayo kantin," ucap Ivy saat sudah di samping tempat duduk Naya.
Naya beranjak dari duduknya, kemudian membenarkan tongkat tuna netranya.
Ivy menggandeng tangan sahabatnya untuk segera munuju kantin.
"Vy! Tungguin gue dong!" teriak Juna, kemudian beranjak dari duduknya.
Ivy dan Naya menghentikan langkahnya saat sampai di depan papan tulis. Gadis berambut sebahu itu membalikkan badannya. Dan diikuti oleh Naya.
"Buruan makanya!" ucapnya.
Baru saja ingin menghampiri dua gadis itu, langkah Juna terhenti saat seseorang menggenggam tangannya.
"Jun, gue mau ngomong," ucap Cici, saat Juna menatapnya.
Ya, Cici-lah yang tadi menggenggam tangan Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✔
أدب المراهقينBerawal dari menganggap musuh seorang Arjuna Raga Admaja, membuat Renaya Alani Salim terus ingin mengalahkan laki-laki itu apapun dan bagaimanapun caranya. Juna hanya bisa mengikuti permainan yang dimainkan oleh Naya. Gadis yang ia anggap sangat cer...