Hidup itu ada 2 pilihan,
Berhenti atau tetap bertahan.●♡♡♡●
Tap, tap, tapSuara larian dari seseorang itu, menggema di penjuru koridor yang bernuansa serba putih.
"Ivy!! Ruangannya di sini!!" teriak Cici, saat Ivy sudah berada jauh di depannya.
Mendengar teriakan dari sahabatnya itu. Ivy langsung membalikkan badannya dan segera menghampiri Cici yang sudah berdiri di depan sebuah ruangan.
Saat ingin membuka pintu ruangan tersebut, mereka mendengar suara isak tangis dari arah dalam. Cici dan Ivy saling beradu pandang sesaat. Suara isak tangis itu sangat mereka kenali.
Naya. Ya, itu adalah suara isak tangis dari Naya. Dengan perasaan yang bergemuruh, Ivy membuka knop pintu itu secara perlahan.
Praangg!!!
Suara pecahan gelas itu mengagetkan Ivy dan Cici yang baru saja membuka pintu.
Saat sudah memasuki ruangan Naya, mereka berdua dikejutkan dengan kondisi ruangan yang sudah seperti kapal pecah.
Gelas dan vas bunga yang pecah dan berserakan di lantai. Dan juga Bantal rumah sakit yang berhamburan ke mana-mana.
"Naya," ucap Cici dan Ivy bersamaan.
"Aaaaaaaa!!!!" teriak Naya histeris, sambil membuang selimut rumah sakit itu ke sembarang arah.
"Naya, tenang sayang." Mila yang sedari tadi berada di depan Naya pun berusaha untuk membuat adik iparnya itu tenang. Air matanya juga sudah tidak bisa ia bendung lagi.
"Naya, tenang dulu ya, Dek?" sambung Eza, mencoba mendekat kearah Naya.
Laki-laki itu juga sudah tidak bisa lagi membendung air matanya saat melihat adik bungsunya yang seperti itu.
Dengan lutut yang sudah melemas, Naya pun melorotkan badannya ke lantai.
"Hiks, hiks. Naya nggak mau kayak gini, Bang. Hiks. Naya nggak mau!!" ucapnya menggelengkan kepala, sambil menutup kedua telinganya.
Ivy dan Cici yang mendengar itu pun dibuat bingung. Mereka berdua mengernyitkan dahinya saat melihat kondisi Naya.
Ada apa dengan sahabatnya itu?
Setelah beberapa jam yang lalu mengalami kecelakaan, Naya hanya mendapat goresan sedikit saja dibagian wajahnya. Namun, mengapa ia harus sehisteris itu?
Braaak!!!
Suara pintu ruangan itu terbuka dengan kerasnya. Memperlihatkan Vano yang datang dengan terburu-buru.
Setelah mendapat kabar dari abangnya, Eza. Vano langsung menuju ke rumah sakit tempat Naya di rawat, meskipun jam kampusnya belum selesai.
Dan saat melihat adik kesayangannya itu sudah terisak di lantai. Vano segera menghampirinya.
"Naya??" ucapnya pelan sambil menangkup pipi Naya.
"Hiks, hiks. Bang Vano," jawab Naya dengan masih terisak, setelah mendengar suara Vano.
Kemudian didekapnya Naya ke dalam pelukannya. Meskipun ia dan Naya sering bertengkar, namun saat melihat adiknya yang sudah menangis seperti itu membuatnya tidak tega.
"Kamu nggak papa kan, Nay? Mana yang sakit? Bilang ke abang," ujar Vano sambil mengusap rambut panjang Naya.
"Gelap, Bang, hiks. Gelap." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✔
Teen FictionBerawal dari menganggap musuh seorang Arjuna Raga Admaja, membuat Renaya Alani Salim terus ingin mengalahkan laki-laki itu apapun dan bagaimanapun caranya. Juna hanya bisa mengikuti permainan yang dimainkan oleh Naya. Gadis yang ia anggap sangat cer...