|13| • Terlalu Memaksakan

13.8K 1.2K 117
                                    

Jangan terlalu memaksakan diri, hanya karena ingin dipuji
Karena setiap orang diberikan porsi, sesuai kemampuannya sendiri-sendiri


●♡♡♡●



Pagi ini murid kelas XI IPA 1 sudah harus menguras otak mereka karena kembali berhadapan dengan rumus matematika. Entah kenapa pelajaran yang satu ini amat sangat tidak disukai oleh sebagian besar para siswa-siswi. Mungkin karena banyaknya rumus yang harus di pelajari, dan juga banyaknya cara untuk menyelesaikan satu buah soal itu sendiri.

Setelah menjelaskan materi barunya, Pak Burhan menuliskan beberapa buah soal di papan tulis.

"Baik, sekarang kerjakan soal di papan tulis," serunya.

Mendapatkan perintah dari guru matematikanya untuk mengerjakan soal, semua murid XI IPA 1 langsung menulis ulang soal di palan tulis itu ke buku catatan mereka. Termasuk Juna.

Juna menulis sambil membacakan soal yang berada di papan tulis, agar Naya juga bisa mengetahuinya.

"Soal udah gue tulis, lo mau bantu ngerjain?" tanya Juna kepada Naya.

"Ya maulah, sini!" Naya langsung mengambil kertas yang berada di depan Juna.

Gadis itu mencoba untuk menyelesaikan soal tersebut, meskipun dengan keadaan mata yang seperti itu.

"Kita kerjain sama-sama, Nay," ujar Juna, sambil mengambil kertas soal itu. Namun tertahan oleh Naya.

"Nggak! Gue mau ngerjain sendiri, Jun. Lo nulis soal lagi aja!" jawab Naya dengan kesal. Sifat keras kepalanya kembali kambuh.

"Lo nggak bakal bisa, Nay. Lo butuh bantuan buat nulis." Juna masih saja ingin merebut kertas soal itu.

"Gue pingin usaha sendiri, Jun!" ucap Naya, dengan menekan tiga kata pertama. Dan kembali mencoba menuliskan jawaban di kertas itu.

"Jangan ngeyel deh. Tuh lihat, tulisan lo ke luar garis semua." Juna menunjuk jawaban yang di tulis oleh Naya.

Memang benar, tulisan Naya tak berarah. Menaiki garis, kemudian menuruni garis. Semuanya tidak beraturan. Tentu saja itu akan terjadi, jadi jangan heran.

"Biarin! Yang penting gue ngerjain sendiri." Naya masih keras kepala dengan ingin mencoba menulis sendiri.

"Biar apa coba kalo lo ngerjain sendiri?" Juna mulai kesal karena sifat Naya yang keras kepala seperti ini.

Mendengar itu Naya langsung menghentikan aktivitasnya, lalu melihat kearah Juna. "Biar apa lo bilang? Jawabannya ya biar gue bisa ngalahin lo lah!"

Juna membulatkan mata dan mulutnya. Ia tidak percaya dengan jawaban yang di berikan oleh Naya. Gadis itu ternyata masih memikirkan persaingan.

"Lo masih pingin saingan sama gue, Nay?"

Naya menghentikan aktivitas menulisnya. "Ya iyalah, Jun. Lo pasti juga, kan?" ucapnya, dan kembali melanjutkan menulis jawabannya.

"Nggak. Gue udah nggak mau saingan sama lo lagi." Perkataan dari Juna sukses membuat Naya kembali menghentikan aktivitas menulisnya.

Naya terdiam di posisinya yang masih menunduk, dan tangan kanannya yang masih memegang pulpen.

Detik berikutnya ia mengalihkan pandangannya kearah laki-laki yang saat ini duduk satu meja dengannya.

"Halah, bullshit lo! Bilang aja lo takut saingan sama gue, karena kondisi gue yang kayak gini, kan? Udah deh, Jun, gue tahu kok kalo lo itu masih mau saingan sama gue. Maka dari itu gue mau usaha, biar lo nggak bisa ngalahin gue," ucap Naya dengan tegas.

Infinity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang