Sebuah kesepakatan, apakah akan membuat kita merasa nyaman?
●♡♡♡●
"Ikut gue!" Juna menarik paksa tangan Cici, setelah gadis itu keluar dari mobilnya.
Ya, sedari tadi laki-laki itu menunggu Cici di parkiran mobil. Setelah mengantarkan Naya ke kelas, Juna langsung kembali menuju parkiran.
Cici tersentak saat Juna menarik paksa tangannya. "Apaan sih, Jun!"
Juna melirik sinis kearah Cici.
"Diem nggak lo!" bentaknya.
Gadis itu memasang wajah kesalnya saat Juna membenatak dirinya. Wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah.
"Maksud lo apaan?" tanya Juna to the point setelah mereka sampai di gudang dekat parkiran.
Cici melongo, karena ucapan Juna yang ambigu. "Apa sih, Jun? Lo yang apa-apaan! Maksud lo apa narik tangan gue kayak tadi. Sakit tau!" sentaknya, sembari memegangi pergelangannya yang memerah.
"Nggak usah pura-pura nggak tahu deh!" Juna menatap tajam bola mata Cici.
"Lo kan yang nyuruh Bibi lo buat nggak nyetujuin pendonoran mata Paman lo ke Naya!" lanjutnya dengan sinis.
Cici tersenyum smirk setelah mengetahui arah pembicaraan Juna. "Jadi karena Naya lo kayak gini?"
Juna mengepalkan tangannya, geram. Detik berikutnya, telapak tangannya ia benturkan ke tembok sebelah Cici, dan membuat gadis itu tersentak kaget.
"Karena Naya lo bilang?" ucapnya sinis.
Cici melirik kearah tangan Juna yang berada di samping kanannya. Kemudian pandangannya beralih ke laki-laki yang terlihat murka itu.
"Lo kayaknya beneran suka sama Naya deh, Jun," ucap Cici, sambil menaikkan sebelah alisnya.
Juna mendekatkan wajahnya kearah Cici. "Kalo iya kenapa? Lo cemburu?"
Cici mengeraskan rahangnya. Matanya menatap lekat bola mata Juna. "Kalo iya kenapa?"
Juna menganga mendengarnya. Ia tidak habis pikir Cici akan mengatakan hal itu.
"Denger ya, Jun. Gue nggak akan biarin orang yang gue sayang, di rebut sama orang lain!" tegas Cici. Dan lagi, Juna langsung di buat menganga tidak percaya.
"Jangan bilang selama ini lo benci sama Naya, karena dia sering deket sama gue?" Entah kenapa, pertanyaan itu tiba-tiba dibenak Juna.
Cici tersenyum singkat. "Itu lo tahu!" kemudiana ia mendorong tubuh Juna agar menjauh darinya, dan pergi meninggalkan laki-laki itu.
"Ci, tunggu!" Langkah Cici terhenti ketika mendengar ucapan Juna. Gadis itu masih berdiri di tempatnya, tanpa membalikkan badan.
Juna membenarkan posisinya agar menatap kearah gadis yang masih memunggunginya itu.
"Mau lo apa sih?" tanyanya datar.
Dan tanpa Juna ketahui, Cici tersenyum penuh kemenangan di sana.
"Pertanyaan ini yang gue tunggu, Jun!" ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✔
Teen FictionBerawal dari menganggap musuh seorang Arjuna Raga Admaja, membuat Renaya Alani Salim terus ingin mengalahkan laki-laki itu apapun dan bagaimanapun caranya. Juna hanya bisa mengikuti permainan yang dimainkan oleh Naya. Gadis yang ia anggap sangat cer...