Mencoba untuk fokus, meskipun bayangan wajahmu selalu terlintas di pikiranku
●♡♡♡●
Pagi ini di ruang makan keluarga Admaja, terlihat hanya seorang laki-laki tampan dengan seragam putih abu-abunya yang tengah menyantap roti isi.
"Selamat pagi, sayang."
Sapaan dari seorang wanita itu, langsung membuat Juna mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.
Terlihat di sana, Lisa dan Surya dengan pakaian rapinya menyeret beberapa koper menuju ke ruang makan.
Juna menyipitkan matanya melihat dua buah koper besar itu.
"Mau ke mana?" tanyanya to the point.
Lisa yang menangkap pertanyaan dari putranya itu langsung menjawab, "Papa sama Mama mau ke Malaysia."
Juna menatap datar Lisa. "Bisnis lagi?"
Surya mendekat kearah meja makan, kemudian duduk di kursinya.
"Juna, kamu harus ngerti kerjaan Papa sama Mama. Ini semua juga demi kamu," jawab Surya yang kemudian meminum kopi yang sudah dibuatkan oleh pembantu rumah tangganya.
"Hari ini kamu ada olimpiade ya? Maaf sayang, Mama sama Papa nggak bisa nonton kamu," ucap Lisa sambil mengusap puncak kepala Juna.
"Mama sama Papa kan emang nggak pernah nonton Juna olimpiade," jawab Juna yang kemudian meminum susunya. "Ya udah, Juna berangkat ya," lanjutnya, beranjak dari tempat duduk.
"Juna, roti kamu belum habis," teriak Lisa yang hanya dihiraukan oleh Juna.
Surya yang sudah biasa melihat kelakuan putranya itu langsung angkat bicara. "Udahlah, Mah. Biarin aja."
●♡♡♡●
Gerbang rumah yang sudah terbuka, namun mobil bmw hitam milik Juna masih terparkir di halaman rumahnya.
Laki-laki itu sudah hampir sepuluh menit berada di dalam mobilnya. Pandangannya terus saja tertuju ke rumah yang berada di depan rumahnya itu.
Setelah beberapa menit mengamati, keluar-lah sebuah mobil bmw putih dari sana. Ia juga dapat melihat seorang gadis dengan rambut yang dibiarkan terurai duduk di kursi penumpang.
Raut wajah khawatir berubah begitu saja ketika melihat Naya.
Juna menghela napasnya berat, sebelum akhirnya mulai menyalakan mobilnya dan melaju ke luar dari halaman rumahnya
●♡♡♡●
Vano menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di depan gerbang SMA Galaksi.
Eza memang sudah mengetahui jika Juna tidak bisa mengantar-jemput Naya. Jadilah Vano yang diminta untuk mengantar dan menjemput adik perempuannya itu. Dan Vano menyetujuinya. Menurutnya, ini kesempatan untuk meminta maaf kepada adiknya itu.
"Kita udah sampai," ujar Vano dengan sedikit melirik kearah Naya yang sedari tadi diam. "Gue anterin ke dalam ya?"
Naya yang masih menatap lurus ke depan hanya menganggukinya tanpa bersuara.
Vano yang mendapat perlakuan seperti itu menjadi lebih bersalah sekarang.
"Sorry ya, Nay. Gue udah ngebentak lo semalem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✔
Teen FictionBerawal dari menganggap musuh seorang Arjuna Raga Admaja, membuat Renaya Alani Salim terus ingin mengalahkan laki-laki itu apapun dan bagaimanapun caranya. Juna hanya bisa mengikuti permainan yang dimainkan oleh Naya. Gadis yang ia anggap sangat cer...