|8| • Cici? Fake Friend?

14.6K 1.3K 81
                                    

“Being blinded in love and friendship is a common mistake.”

Eraldo Banovac


●♡♡♡●


Suasana hening menyelimuti koridor yang menghubungkan antara kantin dengan toilet tersebut.

Terlihat dua pasang mata yang saling menatap dengan penuh amarah dan kebencian di sana.

Ivy melepaskan tangannya yang sedari tadi menggandeng tangan Naya.

Dengan napas yang bergemuruh, ia berjalan mendekat kearah Cici.

Plakk

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi mulus Cici, lagi.

Cici mengepalkan tangannya saat rasa perih melanda pipi kirinya.

"Maksud lo apaan Ci ngomong kayak gitu!" bentak Ivy, sambil mendorong bahu Cici.

Cici terdiam di sana. Namun sorot matanya menggambarkan bahwa ia tengah memendam amarahnya saat ini.

Ya, Ivy, Naya, dan Beni memang mendengar semua yang di bicarakan oleh Juna dan Cici tadi. Termasuk saat kata-kata pedas itu keluar dari mulut Cici.

Setelah mendengar tuturan yang menyakitkan dari mulut sahabatnya sendiri, mata Naya mulai memanas, rahangnya mengeras. Namun dia tidak mengeluarkan setetes pun air matanya.

"Lo bego? Gila? Apa gimana sih, Ci? Nggak nyangka gue, ternyata selama ini lo fake friend!" lanjut Ivy, sambil menekan 2 kata terakhir itu.

Cici masih diam di tempatnya. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba bungkam seperti ini.

"Ngomong Ci! Jangan cuma berani ngomongin orang di belakangnya doang!" Ivy kembali mendorong bahu Cici, sehingga membuat gadis itu sedikit membentur tembok.

Beni yang melihat pujaan hatinya di perlakukan seperti itu pun merasa tidak terima.

Dengan tergesa-gesa, ia berlari menghampiri Cici, dan meninggalkan Naya sendiri.

Beni berganti mendorong bahu Ivy, saat Ivy ingin melangkah mendekat kearah Cici lagi. "Stop, Vy!"

"Udah, Stop! Jangan lo pojokin Cici terus kayak gini!" lanjutnya. Dan langsung membuat Juna dan Ivy menganga mendengarnya, ketika mengetahui fakta bahwa,

Beni masih membela Cici! Ya Tuhan, cinta memang membutakan semuanya.

"Lo ngebela dia?" tanya Ivy, menunjuk Cici dengan penuh penekanan. "Lo ngebela orang yang udah menghianati sahabatnya sendiri? Iya?!" bentaknya kepada Beni.

"Cici pasti punya alasan kenapa dia bisa ngomong gitu," tegas Beni, menatap sorot tajam mata Ivy.

"Itu yang gue tunggu dari tadi, Ben! Tapi apa? Cewek yang lo bela ini malah diem aja dari tadi!" Ivy melirikkan matanya tajam kearah Cici yang masih bungkam seribu bahasa.

Juna mengalihkan pandangannya kearah Naya yang masih terpaku di tempatnya.

Dia melihat napas gadis itu mulai bergemuruh, naik-turun tak karuan.

Kemudian ia berjalan menghampirinya, di pegangnya bahu Naya sampai membuat sang empu tersentak kaget. Naya langsung memundurkan langkahnya.

"Ini gue Nay, Juna," ujar Juna, dengan nada selembut mungkin. Ia tahu jika Naya masih terguncang dengan perkataan Cici tadi.

"Gue lagi pengen sendiri, Jun." Setelah mengucapkan kata itu, Naya memutar tubuhnya kemudian pergi meninggalkan Juna, dan yang lainnya.

"Nay! Nay, tunggu!" teriak Juna dan langsung menyusul gadis itu.

Infinity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang