|17| • Kebersamaan

13.4K 1.3K 98
                                    

Genggamlah tanganku sesukamu, jika itu membuatmu merasakan kenyamanan yang luar biasa


●♡♡♡●



"Jun, ini kita di mana?" Juna masih setia menggenggam tangan Naya saat ia berhasil membawa gadis itu ke suatu tempat.

Laki-laki tampan itu melirik kearah gadis yang tingginya setara dengan bahunya. "Di mana ya? Depan kamu ada laut tuh."

Naya mengangkat kedua alisnya. "Laut? Kita di Ancol?"

Juna terkekeh mendengarnya. Pasalnya, di depan mereka saat ini hanya ada sebuah air mancur, pepohonan dan beberapa bangku.

Benar, mereka sedang berada di taman sekarang.

Naya yang mendengar Juna terkekeh langsung memukul lengan lelaki itu. "Boong lo ya!"

"Aduh, Nay, sakit." Juna mengusap lengannya yang di pukul oleh gadis yang pernah menjadi musuhnya itu.

Tunggu. Musuh? Sepertinya kata itu sudah tidak pantas lagi untuk mereka berdua. Akhir-akhir ini mereka terlalu dekat untuk di bilang musuh.

"Makanya jangan boongin gue!" Naya mengarahkan pandangannya ke arah Juna, memamerkan wajah kesalnya. "Kasih tahu, ini kita di mana?!"

"Di taman, Nay."

Naya sedikit mengerutkan alisnya. "Kenapa ke sini?"

Juna memejamkan matanya, kemudian menghirup dalam-dalam udara yang membawa oksigen itu. Tangannya semakin mempererat genggamannya di tangan Naya. "Pengen refreshing aja."

Naya di buat bingung dengan laki-laki ini.

"Lo kenapa sih, Jun?" tanyanya.

"Apanya?" tanya Juna balik, tanpa menoleh.

"Lo kenapa kabur dari olimpiade? Takut kalah?"

Pertanyaan dari Naya kali ini langsung membuat Juna menoleh sempurna. Kemudian ia tersenyum simpul. "Gue nggak kabur, Nay."

"Terus kenapa lo di sini? Harusnya sekarang lo masih ik--"

"Karena lo," ucapan Naya di potong cepat oleh Juna. Remaja tampan itu membenarkan posisi Naya agar menghadapnya. "Karena gue kepikiran sama lo, terus gue pengen sama lo sekarang."

Naya memasang wajah bingungnya. "Maksudnya?"

Juna menghela napasnya.

"Lo ada yang luka? Tadi Cici ngedorong lo kenceng soalnya." Bukannya menjawab, Juna malah menanyakan kondisi Naya.

Mendengar nama Cici, Naya menjadi diam sesaat.

Mengerti tidak ada jawaban dari gadis itu, Juna angkat bicara, "kalo ada yang sakit bilang ke gue, ya?"

"Jun," ucap Naya.

"Kenapa? Mana yang sakit?" Juna meneliti tubuh Naya dengan seksama, berusaha untuk mencari luka akibat kejadian tadi.

"Gue itu nyusahin ya?"

Pertanyaan itu sontak membuat Juna menghentikan aktivitasnya, dan langsung menatap intens gadis berambut panjang itu.

"Apaan sih, Nay? Kok lo nanya gitu!" tegurnya.

"Ya buktinya, gue sering nabrak orang. Sering bikin celaka orang. Sering bikin lo debat sama orang lain cuma buat ngebela gue." Raut wajah Naya berubah sendu. "Lo pasti terbebani, kan?"

Infinity ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang