Beni membulatkan mulutnya mendengar perkataan yang amat sangat tidak ingin ia dengar. Bukan hanya Beni saja, bahkan Naya dan Ivy pun sama. Kedua gadis itu saling menatap tidak percaya kearah Cici yang tengah melingkarkan tangannya di lengan kekar Juna.
Juna terdiam di tempatnya. Jujur, ia merasa sangat gugup saat ini. Pandangan matanya menatap kearah Naya dan juga Beni bergantian. Ia juga bisa melihat raut penuh amarah di wajah Beni, dan juga tangan sahabatnya yang mengepal kuat.
Cici terlihat tersenyum sangat lebar. Tangannya yang melingkar kuat di lengan Juna perlahan mengendur.
"Buat semuanya, Juna ada pengumuman untuk kita," ucap Cici dengan senyum yang masih belum lepas dari bibirnya. Gadis itu melirik kearah Juna yang juga tengah menatapnya.
Juna membuang wajahnya dari Cici, kemudian menghembuskan napasnya kasar.
Flashback on
"Oke, gue bakal jauhin Naya."
Cici menyunggingkan senyum lebarnya mendengar itu.
"Tapi setelah Naya bisa ngelihat lagi," lanjutnya.
Kemudian gadis itu mengangguk setuju. "Tapi ada satu syarat lagi yang harus lo penuhin, Jun."
Juna menatap penuh selidik kearah Cici. "Apa?"
"Karena kita dijodohin, jadi kita udah resmi pacaran dong." Perkataan Cici, membuat Juna mengerutkan kedua alisnya.
Baru saja Juna ingin membuka suara, Cici sudah lebih dahulu menyahutnya dengan cepat.
"Gue mau," Cici menatap intens manik mata Juma. "lo umumin secara resmi hubungan kita ke semua orang. Termasuk ke Naya," lanjutnya.
"Ta-"
"Tepat di hari sweet seventeen gue nanti," potong Cici cepat.
Cicic tersenyum menyeringai, saat Juna tidak mengeluarkan suaranya, dan hanya menatapnya penuh amarah dan kekesalan.
"Gue tunggu itu," ucap Cici menepuk pipi Juna pelan dan langsung pergi meninggalkan laki-laki itu sendiri.
Flashback off
Juna memejamkan kedua matanya. Tangannya juga terlihat mengepal kuat saat mengingat tentang syarat yang Cici berikan waktu itu kepadanya.
Cici menepuk pelan bahu Juna, membuat laki-laki itu tersentak. "Jun, ayo ngomong," ucapnya tersenyum penuh arti.
Juna kembali menghembuskan napasnya panjang. Sebelum mengeluarkan suaranya, laki-laki itu menatap kearah Beni yang menatapnya penuh selidik, sampai akhirnya ia mengalihkan pandangannya ke kedua orangtuanya yang menatapnya dengan tersenyum.
"Sesuai dengan apa yang Cici katakan tadi." Juna menatap kearah Cici sekilas. "Di sini, saya ingin mengumumkan secara resmi, bahwa-" Juna menggantungkan perkataannya, dan membuat semua orang dirundung rasa penasaran.
Juna memejamkan matanya sebentar, untuk memberikannya kekuatan. Ia tahu bahwa apa yang akan ia katakan nanti akan membuat sahabatnya membencinya. Bahkan mungkin Naya juga. Tapi apa boleh buat. Semuanya Juna lakukan demi Naya. Gadis yang sudah mengisi hatinya entah sejak kapan. Juna harus menerima akibatnya nanti.
"Saya dan Cici telah resmi berpacaran," ucap Juna dengan lirih.
Beni membulatkan kedua matanya, tangannya kemudian mengepal sangat kuat. Ia tersenyum kecut mendengar penuturan dari sahabatnya itu.
Naya yang mendengar itu langsung merasa lemas, sampai membuatnya sedikit terhuyung ke belakang. Untung saja Ivy sigap menangkapnya.
"Nay, lo nggak papa?" tanya Ivy pelan. Tangannya memegangi bahu Naya kuat. Raut wajahnya juga terlihat khawatir, melihat wajah Naya yang berubah memucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity ✔
Teen FictionBerawal dari menganggap musuh seorang Arjuna Raga Admaja, membuat Renaya Alani Salim terus ingin mengalahkan laki-laki itu apapun dan bagaimanapun caranya. Juna hanya bisa mengikuti permainan yang dimainkan oleh Naya. Gadis yang ia anggap sangat cer...