"Kita jadi sering bertemu ya?"
Jeno sadar, kok. Dia mengambil les dansa yang sama dengan Mark, karena wow, ternyata orang itu pintar menari juga. Menyenangkan dapat melihat dia selain dalam jaket lusuh dan blazer bodoh nya.
"Iya. Hehe." Tersenyumlah. "Aku tidak tahu kau suka menari. Ku kira kau hanya menyukai buku saja."
"Untuk meredakan stres, dan menghalau pikiranku dari deadline yang semakin mendekat." Mark maju sedikit untuk mengambil botol minumnya yang dia taruh di depan kaca, meneguk cairan oranye ke dalam tubuhnya. Jeno meneguk ludahnya. Mark terlihat seksi sekali, padahal dia hanya meminum minuman energi.
"Deadline? Berarti kau sedang mentok, ya? Butuh inspirasi?" Jeno bertanya dengan senyumannya yang manis itu.
"Begitulah." Mark menyalakan lagu dari ponselnya. Aneh, kenapa hanya mereka berdua saja di dalam studio itu?
"Sulit menulis tentang perasaan yang tak dapat kita rasakan." Aku Mark. Jeno mengangguk.
"Kurasa aku dapat membantumu." Perlahan, Jeno.
Jeno memposisikan dirinya di sebelah Mark, memulai pemanasan pada dirinya sendiri.
"Hm? Kau suka menulis?" Tanya Mark.
"Aku mahasiswa psikologi, ingat? Mungkin kau bisa bertanya beberapa sifat umum manusia kepadaku." Jawab Jeno dengan senang.
"Hmm..boleh saja? Mari bertemu di mall jam 9 malam."
"Tidak terlalu malam?"
"Apa kau keberatan?"
Jeno menggeleng. Dia tidak pernah merasa kalau jam terlalu larut untuknya. Memang dirinya tidak pernah memperdulikan tentang jam. Semuanya keinginannya selalu datang di malam hari.
"Bagus. Inspirasi ku datang ketika malam."
Oh, kita mungkin memang ditakdirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Send Me Right To Heaven [republish]
Mystery / Thriller"maybe i love you just a little too much." - lana del rey, serial killers. [°warning : will be disturbing for some people. contains mature content and many more. please be aware that i don't support or try to romanticize the kind of behavior that wa...