°30

860 162 32
                                    

"Doyoung tak bisa mengantarmu karena dia sedang tidak enak badan, jadi Jaehyun saja ya?"

Jeno mengangguk. Dia masuk ke dalam mobil mewah Jaehyun, dan duduk dengan malu.

"Kau tak perlu takut, Jeno. Aku bukan orang jahat." Kata Jaehyun saat sudah di jalan. Jeno hanya mengangguk. Siapa yang takut? Jeno hanya khawatir dia melakukan sesuatu yang ceroboh yang akan dia sesali nanti.

"Hyung, kenapa memilih forensik sebagai jurusan profesi?" Tanya Jeno tiba-tiba.

"Karena aku suka mengungkapkan rahasia seseorang."

Jeno menatap Jaehyun bingung. Jaehyun masih memandang jalan, tak melihat ke arahnya.

"Kau satu-satunya teman dekat Mark sekarang."

Mendengar itu, Jeno berpikir betapa besar trauma yang Mark alami. Tapi dia tetap tersenyum di hadapannya, bertingkah bahwa semuanya baik-baik saja. Jeno benci itu.

"Kasian dia, teman-temannya bahkan masih saja diganggu meskipun mereka sudah mati."

"Apa maksudmu diganggu?"

Jaehyun menghela nafas sedih, "Seseorang membongkar makam Jaemin dan Renjun, lalu mencongkel mata mereka."

Baru kali ini Jeno merasa horor mendengar sesuatu. Dia tidak pernah merasa jijik, dia tidak pernah merasa takut akan hal ini karena dia sudah terbiasa, tapi kenapa ini sangat mengerikan?

Pembunuh ini benar-benar membuatnya panik, dan dia belum sama sekali menemukan petunjuk mengenai psikopat itu.

Jeno sampai di rumahnya tanpa ia sadari. Ketika Jeno akan turun, Jaehyun memegang tangannya, membuat Jeno tersentak dan menengok. Dia menggeser poni Jeno sedikit.

"Matamu indah, harusnya jangan kau tutupi."

Jeno bingung. Maskernya perlahan diturunkan, memperlihatkan bibirnya.

"Dan warna bibirmu mengingatkan ku pada cherry. Kenapa kau tidak percaya diri?"

Jeno meneguk ludahnya. Kenapa Jaehyun membuatnya takut?

"Ah, maaf aku tidak sopan."

Jeno hanya mengangguk. Wajahnya merah, dan dia menutupnya kembali dengan masker. Setelah mengucapkan terimakasih, Jeno bergegas masuk ke dalam rumahnya, tidak mempedulikan mobil mewah putih milik Jaehyun yang memberikan klakson tanda selamat tinggal.

Dia mengunci pintu dan berjalan ke arah meja belajarnya, di mana ada seseorang yang selalu menemaninya. Dia mengambil bola mata itu.

"Haechan." Bisik Jeno pelan. "Apa maksudmu itu..."

You Send Me Right To Heaven [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang