°11

1K 184 4
                                    

Jeno itu ceroboh, makanya dia menunggu. Kali ini dia tidak akan sembarangan melakukan tindakan. Dia akan melihat apa Haechan pantas dia singkirkan.

"Haechan!"

Jeno berkedip, melihat pujaan hatinya mendekati marabahaya. Ada perasaan untuk menangkap tangan Haechan dan mematahkannya langsung saat itu juga ketika dia memeluk Mark, tapi Jeno harus memaksakan senyuman ketika Haechan tersenyum. Dia memang manis.

"Kita akan bersenang-senang!"

Haechan mengajak mereka ke sebuah klub. Lebih tepatnya Mark saja, tapi Jeno mengundang dirinya sendiri. Dia duduk menjauh dari mereka, tepatnya di bar. Haechan? Siapa yang peduli, mungkin dia tertelan kerumunan. Mark? Sedang berdansa. Jeno terus saja meminum cherry cola nya yang sudah tidak dingin lagi, dan mencoba memerhatikan Mark jauh lebih baik.

Malaikatnya menari dengan indah, les dansanya jadi tidak sia-sia. Tangannya. Tangan-tangan berbakat itu, dia ingin merasakan bagaimana tangan itu memegang dirinya, menjamah tubuhnya sampai ke bagian yang terkecil. Jeno menghela nafas.

Andaikan semudah itu.

"Jeno?"

Jantung Jeno berdegup kencang. Suara menyebalkan itu. Jeno mengangkat dagunya dan melihat Haechan menunduk ke arahnya, memberikan senyuman manis itu.

"Kau ke sini juga? Kenapa tidak bilang?"

Untuk apa aku memberitahumu? Meski manis, dia tetaplah pengganggu. Jeno ingin menghilangkan Haechan sekarang juga, tapi tidak bisa. Setelah kesalahan yang dia buat terhadap Lucas. Dia tidak ingin mereka mati sia-sia.

"Aku tidak melihat kalian."

Jeno nyaris tersedak omongannya sendiri. Bodoh! Dia seharusnya tidak berkata 'kalian', Haechan belum memberitahunya kalau mereka datang berdua.

"Ngomong-ngomong Mark ada di lantai dansa, mabuk. Lihatlah dirinya!"

Haechan menunjuk ke arah Mark. Yang sedang melahap bibir seorang perempuan. Haechan menurunkan telunjuknya perlahan.

"...eh."

You Send Me Right To Heaven [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang