°12

1K 181 7
                                    

"Kau akan menyesal, Jeno."

Jeno menatap ke arah matanya. Perbedaan tinggi membuatnya harus mendongak sedikit. Jeno menaikkan alisnya.

"Apanya? Banyak penyesalan terjadi dalam diriku, aku baik-baik saja."

Orang itu maju selangkah, dan Jeno mengambil langkah mundur. Sesuatu jatuh dari tangan Jeno. Sejak kapan dia memegangnya? Jeno mengangkat tangannya. Dia berdarah.

"Kumohon, dengarkan aku. Tidak apa-apa, kau bisa berhenti. Semuanya akan baik-baik saja, tinggalkan mereka semua."

Sudah Jeno katakan dari tadi, apanya? Apa yang akan Jeno sesali?

"Aku kesalahan mu. Tidak apa-apa, aku memang sudah lama tidak ingin berada di sini. Tapi tolong jangan sakiti yang lain."

Orang itu berjalan sekali lagi dan menyentuh Jeno.

"Menjauh dari diriku." Jeno mengapitkan giginya rapat-rapat. Orang itu tidak bergerak, dan hanya menatap Jeno dengan wajah sendunya.

Jeno membuka matanya. Dia bangun dari kasurnya, dan berjalan lesu ke dapurnya. Dia membuka freezer, dan melihat dia yang tertidur di sana. Jeno mengambil pisau yang ada di sebelahnya dan menusuk dadanya berkali-kali. Darah kental mengalir, dan Jeno mencabut pisau itu, menjatuhkannya di sebelah badannya. Jeno berlutut di sebelahnya, merapihkan rambutnya yang basah dan menutupi wajahnya. Lagi-lagi dia merasa menyesal.

"Dengarkan aku; Lucas bukan yang terakhir. Dia tidak akan pernah menjadi yang terakhir, dan aku tidak akan berhenti sampai kau mendengarkan ku!"

You Send Me Right To Heaven [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang