°3

1.8K 278 8
                                    

"Untuk tokoh ini, sepertinya membutuhkan pengembangan karakter. Dia teman pemeran utama kan? Akan lebih baik lagi jika kita bisa melihat sisinya yang lain, karena kurasa tokoh ini sangat kuat keberadaannya."

Mark mengangguk dan menulis apa yang dikatakan oleh Jeno.

"Karena tokoh ini membantu karakter utama bangun dari keadaannya yang terpuruk, alangkah baiknya jika dia seseorang yang pintar. Berikanlah sedikit ego."

Karena Jeno terlalu fokus dengan kertas yang diberikan Mark, ketika dia mendongak dia melihat Mark yang sedang tersenyum ke arahnya. Jeno langsung tersipu.

"Ada apa?"

"Tidak, kau.." Mark tertawa kemudian. "Sepertinya kau lebih pintar daripada diriku untuk melakukan penokohan. Apa kau pernah menulis sebelumnya?"

"Menjadi mahasiswa psikologi tentu mendorongku untuk menulis apa sifat dan kebiasaan manusia, termasuk diriku. Aku pribadi suka mengobservasi dan menulis tingkah laku manusia, dan aku juga penggemar berat Ngaio Marsh. Kurasa namanya masih awam di sini." Terang Jeno dengan senyuman khasnya.

"Menarik." Ucap Mark, kemudian dia menulis kembali di atas kertasnya. Jeno merasakan pipinya mulai terasa panas. "Boleh ku tanya pertanyaan tentang dirimu?"

"Tentu saja." Tanyai aku segala. Kau pasti tahu polanya akan selalu sama.

"Hmm..kenapa kau bisa tertarik tentang sifat dan perilaku manusia?"

Jeno menghembuskan nafas yang sedikit kasar dan berpikir sejenak. Jawabannya mudah, tapi dia butuh merangkai kata-katanya. Jeno itu orang yang ceroboh, jadi dia harus berhati-hati.

"Ada kesenangan bagi diriku sendiri untuk mengetahui bagaimana pola kehidupan yang dijalani manusia berdasarkan sifat dan perilaku mereka. Aku tidak puas mengetahuinya. Mungkin tidak akan pernah." Jeno mengakhirinya dengan senyuman.

Bukankah itu jawabannya yang memuaskan? Itu yang kau inginkan, kan?

"Bagaimana dengan dirimu? Apa yang membuatmu tertarik belajar tentang sastra?" Jeno bertanya pertanyaan yang bodoh. Jelas dia tahu kenapa Mark memilih jurusan itu.

"Yah, membantu ku untuk menulis. Tapi ini hanya pekerjaan sampingan ku saja. Aku ingin menjadi guru." Mark tersenyum. Sepertinya dia senang dengan jawabannya.

"Guru ya?" Catat itu, Jeno. Tidak terpikirkan olehnya. "Kau akan jadi guru yang hebat."

"Benarkah?" Mark tertawa, dan Jeno hanya menatapnya layaknya dia seorang malaikat.

Soon.

You Send Me Right To Heaven [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang