Sabtu siang, Wika ditarik paksa oleh kedua sahabatnya untuk menonton pertandingan basket antara Fakultas Ekonomi dan fakultasnya sendiri, Ilmu Komputer.
Fakta yang tak bisa dipungkiri adalah fakultas Wika dan Gerald akan bersaing. Kata mereka ini sangat menarik karena lelaki itu mewakili fakultasnya. Wika turuti saja, daripada tangan copot akibat paksaan kedua perempuan itu.
"Lo udah lewatin dua pertandingan Gerald, sekarang nggak lagi," gerutu Sarah sambil menarik tangannya ke lapangan basket.
"Gue nggak mau," tolak Wika.
Sarah berhenti menarik. Tangannya kemudian dia gunakan untuk membuka tas. Perempuan itu memberikan satu botol air mineral pada Wika.
"Nih, gue tahu lo mau ngasih alasan haus, iya, 'kan?" ketus Sarah.
Wika berdecak, kemudian menerima botol itu. Benar, dia sangat haus sampai ingin mandi sekarang juga.
"Udah?" Maudi bertanya. Mereka menunggunya meminum air tersebut.
Tenggorokan Wika terasa sehat lagi. Maudi dan Sarah kembali menariknya setelah botol tertutup sempurna.
Perayaan ulang tahun universitas sudah berjalan selama satu minggu. Namun, ini kali pertama Wika ikut berpartisipasi untuk mendukung fakultasnya. Ya, saat yang tepat karena pertandingan basket sudah masuk tahap final.
Sampai pada kerumunan yang mengelilingi lapangan, Sarah dengan sangat cekatan menarik tangan Wika dan Maudi untuk menyelip di antara banyak orang, agar bisa berada di depan. Sangat tidak etis.
Mereka sampai pada barisan depan. Cukup melelahkan karena banyaknya orang yang mereka lewati.
"Gerald!" teriak Sarah pada lelaki yang berada di tengah lapangan.
Gerald menoleh, Sarah mengacungkan jempol sambil tersenyum. Ya, hari ini perempuan itu menjadi pengkhianat fakultas sendiri. Ini pertama kalinya Wika menonton pertandingan basket si muka datar. Apa dia harus seheboh Sarah juga?
"Uh, kerennya si kapten." Sarah kagum, padahal menurut Wika itu biasa saja.
Pertandingan babak kedua. Wika bersyukur karena tak perlu berlama-lama lagi berada di sini. Melewatkan babak pertama tak akan membuatnya menyesal.
Suara berdeham terdengar di sebelah. Wika melirik hanya ingin tahu siapa pelakunya. Saat sadar bahwa tak mengenal, pandangannya kembali fokus ke depan.
"Tunangan Kak Gerald, ya?" tanya si pelaku yang berjenis kelamin vagina.
"Hm." Menanggapi dengan malas.
Terlihat dari wajah perempuan itu bahwa dia sedang mencari musuh. Kedatangan Wika ke sini jelas bukan untuk hal tak penting seperti itu.
"Kenalin gue, Vini, calon pacar Kak Gerald."
Ah, terima kasih untuk kabar gembiranya, batin Wika.
Setelah kembali dari sini, ingatkan Wika untuk membuat acara syukuran. Jangan beranggapan bahwa dia akan menanggapi pernyataan itu, sungguh ini adalah informasi yang menguntungkan.
"Gue nggak percaya kalau lo tunangan Kak Gerald," cetus Vini, padahal tadi dia sendiri yang menanyakan itu, bahkan Wika belum berkata apa pun.
Baru calon pacar saja sombong, bahkan Wika yang sudah bertunangan biasa saja. Ketampanan dan uang Gerald tak menjamin kebahagiannya saat ini, bahkan di masa depan nanti.
Suara riuh penonton meneriaki nama Gerald menusuk telinga Wika. Salah satu di antara mereka adalah Vini. Kampungan sekali. Wika melirik perempuan itu karena merasa risi dengan teriakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3
RomanceSpin-off: Pressure (Gerald Izzatul Arkana) -- Kehilangan seorang kekasih tanpa ucapan selamat tinggal adalah sebuah perpisahan yang sangat menyakitkan. Tanpa sengaja, Wika membuat Tomi terluka karena perjodohan yang diputuskan oleh orang tua. Ketika...