28: Cerita Diah

4.6K 498 85
                                    

Hari ini, Wika libur dulu untuk bertemu Gerald. Kata Maudi dan Sarah, dia sudah melupakan mereka berdua karena terus bersama lelaki itu.

Daripada mendengar berbagai macam keluhan yang tentu saja memojokkannya, Wika penuhi permintaan kedua sahabatnya tersebut untuk makan siang di restoran.

Di sini juga ada Claudia. Perempuan itu datang karena ajakan Sarah. Wika tak merasa terganggu dengan kehadirannya, kecuali jika Keanu ikut. Entah mengapa, meski jarang bertemu-dia sangat membenci lelaki itu.

"Ge apa kabar?" tanya Diah.

"Baik." Hanya menjawab singkat saja.

"Dapat salam dari Clarisa."

Mata Wika membulat mendengar nama pacar Segaf disebutkan. "Iya, salam balik."

Sebegitu kenalnya Claudia dengan keluarga Gerald, hingga pacar dari Segaf diketahuinya?

"Lo nggak mau tahu kenapa gue kenal Clarisa?"

"Hm?" gumam Wika.

"Dia kakaknya," sambar Sarah.

Wika langsung menoleh. Dunia begitu sempit. Apa Segaf dan Clarisa juga dijodohkan seperti dia dan Gerald? Astaga! Ternyata banyak yang terjebak karena perjodohan.

Terlepas dari itu, Wika harus menyampaikan permintaan maafnya pada Claudia untuk Clarisa.

Wika menatap Diah. "Bilangin ke Clarisa, gue minta maaf."

Perempuan itu terkekeh. "Santai aja kali, Wi."

Walau bagaimanapun dia tidak bisa santai, apalagi Segaf sudah menegurnya lewat Gerald. Ah, kesalahan fatal.

"Gue dengar, lo udah ketemu sama Tamara?' tanya Claudia.

Wika mengangguk. Perbincangan mereka terputus tatkala pesanan makanan datang.

"Makasih, Mbak," ucap Maudi pada pelayan tersebut, mewakili yang lain.

"Di, Gerald masih sering hubungin Tamara nggak?" Wika bertanya setelah pelayan pergi.

Claudia mengangkat pandangan dari makanan untuk menatapnya. "Nggak, kayaknya."

Andai saja kata 'kayaknya' itu bisa dihilangkan. Walau bagaimanapun, Claudia juga sedikit bimbang mengatakan iya atau tidak, ini sama seperti Wika. Gerald sangat susah ditebak.

"Tapi sebelumnya iya?" tanyanya penasaran.

Perempuan itu mengangguk. "Wajar, Tamara yatim piatu, dia tinggal sama tantenya. Pas ketahuan hamil, Tamara diusir dari rumah."

Wika mengangguk, entah tanggapan apa yang akan dia berikan. Andai saja Wika mengenal Tamara sejak awal, pasti sudah dia relakan Tomi pergi bersama perempuan itu.

Untuk satu ini, sangat dimakluminya jika Gerald perhatian pada Tamara. Itu bentuk prihatin, bukan berarti Gerald masih berharap pada perempuan itu.

"Mama Gerald nggak suka sama Tamara, ya?" tanya Wika penasaran.

"Iya," jawab Sarah, Wika menoleh padanya, "nggak sukanya pas Tamara udah hamil."

Sungguh kesal, Sarah tahu tentang ini, tetapi tidak menceritakan padanya. Satu cubitan Wika daratkan di lengan perempuan itu.

"Duh, sakit, Wi." Sarah mengeluh.

"Lo tahu semua, tapi nggak ngasih tahu ke gue!" Kekesalan Wika memuncak.

Wika dengar Claudia terkekeh, sedang Maudi mengelus pundaknya. Kali ini dia tidak akan menyalahkan diri sendiri mengapa tak mengenal Gerald lebih awal seperti Sarah. Sebagai sahabat, seharusnya Sarah menceritakan segalanya tentang Gerald tanpa menyembunyikan secuil fakta pun.

Tunanganku bukan Cintaku (TAMAT) ✓ #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang